QURAN dan TerJemahan ~ PerHatikan Pesanan Allah dlm KiTabNya ini

AL QURAN

Listen to Quran
~*~*~*Al-Quran OnLine

18 February, 2011

Cahaya Wudhu

I want you to take a look at: majelisrasulullah.org - Cahaya Wudhu , Senin 07 Februari 2011





Cahaya Wudhu
Senin, 07 Februari 2011



قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
( رواه البخاري )
“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah.” ( Shahih Al Bukhari )
ImageSebelum saya melanjutkan tausiah, ada pertanyaan mengapa hadits ini harus dibaca dulu bersama-sama?, tidak harus dibaca namun (maksud kita) hanya dengan niat mengambil barakah. 
Sebagaimana ta’lim (pembelajaran) itu ada 3 macam, yang pertama adalah belajar dengan membaca buku, yang kedua adalah belajar dengan guru, dan yang ketiga adalah ta’lim (belajar) dengan cara talaqqi. 
Seperti yang kita fahami bahwa belajar dengan buku tanpa guru bisa jadi kesalahannya lebih banyak daripada ta’lim dengan guru langsung, namun belajar langsung kepada guru pun terkadang salah faham juga atas apa-apa yang disampaikan oleh gurunya. Dan yang paling utama adalah belajar dengan cara talaqqi, talaqqi adalah ucapan langsung dari gurunya kemudian diucapkan lagi oleh muridnya. 
Dan Ulama’ masa kini menggunakan ketiganya, jadi kitab atau bukunya ada, syarah guru serta talaqqinya juga ada. Bahkan kitab-kitab seperti Shahih Al Bukhari dan terjemahannya sangat mudah kita dapatkan. 
Namun ta’lim yang paling utama adalah Talaqqi karena inilah yang disebut dengan sanad keguruan, dimana seorang guru belajar langsung kepada gurunya sehingga bersambung kepada Al Imam Bukhari dan sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 
Setelah kita membaca hadits tadi dan acara selesai maka selesailah pembacaannya namun ruh kita terus bersambung kepada Al Imam Al Bukhari sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Cahaya Allah subhanahu wata’ala yang menerangi kita dengan rahmat-Nya, gelombang rahmat-Nya terus mencari tempat-tempat yang pantas dijadikan tempat untuk bergabung, seperti gelombang-gelombang yang muncul, banjir, atau tsunami kesemuanya mengarah ke tempat yang lebih rendah, maka majelis-majelis dzikir dan majelis-majelis ta’lim itu adalah tempat mengarahnya para malaikat pembawa rahmat, namun yang paling banyak mendapatkan bagian rahmat adalah orang yang paling rendah hati dan tidak menyombongkan diri, tidak riya’ namun dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling banyak dosa dan bersyukur karena telah diizinkan oleh Allah untuk duduk di majelis itu, maka orang yang seperti itu akan dimuliakan oleh Allah.
مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ
“Barangsiapa yang merendahkan hati karena Allah, maka Allah mengangkat (derajat)-nya.”


Maka mereka itulah genangan rahmat Allah, kita berkumpul di majelis ini dari tumpahruahnya rahmat Ilahi mengenai semua yang hadir, lalu sedikit demi sedikit genangan rahmat itu akan mengarah kepada yang paling rendah hati dan tawadhu’, dalam hatinya tidak ada rasa sombong. 


   Inilah medan untuk mencapai rahmat Ilahi, dan dimanapun rahmat Allah itu bertebaran bahkan melebihi padatnya udara yang ada di muka bumi karena udara adalah bagian dari rahmat Allah, dan melebihi lautan karena lautan adalah bagian dari rahmat Allah, dan melebihi debu yang ada dipermukaan bumi dan terpendam di dalam bumi karena kesemuanya adalah bagian dari rahmat Allah. 


   Kehidupan, kematian, alam barzakh dan hari kiamat adalah merupakan bagian dari rahmat Allah, bahkan orang yang di neraka sekalipun masih mendapatkan rahmat Allah, dari mana? 
Yaitu dari syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah munculkan rahmat-Nya di neraka berupa syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selama mereka meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah. 


   Jika di neraka saja rahmat Allah masih terus ada dan tidak bisa terputus maka terlebih lagi untuk kita yang masih hidup di dunia, yang masih akan melewati fase[bab] sakaratul maut, alam kubur, barzakh dan hari kiamat, masih tersisa 3 fase di hadapan kita dimana zaman yang masih akan kita lewati yang kesemuanya itu penuh dengan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang masih akan kita dapatkan, dan semakin banyak kita mendoakan kaum muslimin lainnya maka semakin banyak pula bagian rahmat yang akan kita dapatkan dari doa-doa kita untuk orang muslim lainnya, dengan doa seperti :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
“Wahai Allah ampunilah (dosa) ku, dan semua orang muslim laki-laki dan muslim perempuan ”


   Maka dari doa itu kesemua muslimin muslimat termasuk dalam doanya, terlebih lagi jika dia hadirkan hatinya dalam mendoakan kaum muslimin, dengan mendoakan yang hidup atau yang telah wafat, yang hidup semoga semakin diluaskan rizkinya, yang telah wafat semoga dijauhkan dari siksa kubur, yang terkena bencana alam semoga diberi kesabaran, yang dalam kesusahan semoga diberi kemudahan, yang kaya raya semoga diberi hidayah dan mau mnegeluarkan hartanya untuk fakir miskin, dan yang terjebak dalam kerusakan aqidah semoga diberi hidayah, semakin dalam doa kita untuk mereka maka semakin besar anugerah Allah untuk kita, dan hal itu tidak bisa diamalkan kecuali oleh orang-orang yang dicintai Allah, karena jiwa yang seperti itu sejiwa dengan jiwa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memikirkan keadaan ummatnya. 


   Bahkan ketika beliau akan wafat yang dipanggil adalah “ummatku, ummatku”, dan ketika beliau dibangkitkan pertama kali yang disebut adalah “ummatku, ummatku”, demikian keadaan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 
 Dan mengenai sebagian kaum yang belum mau beriman dan belum mau taat kepada Allah, bahkan selalu ingin berbuat kemaksiatan dan kemungkaran saja, maka Allah telah menjelaskan kepada kita dalam masalah ini yaitu untuk tidak memusuhi mereka dan tidak terlalu memaksa mereka untuk beriman dan taat kepada Allah, karena mereka masih belum diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
(يونس : 99 )
“ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” ( QS. Yunus : 99 )


Jika Allah menghendaki maka tidak akan ada lagi orang yang bermaksiat, semuanya akan Allah beri hidayah, jika Allah berkehendak maka Allah mampu melakukannya. 
Maka Allah bertanya kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
“apakah engkau membenci manusia yang belum beriman, sampai ia beriman? 


 Dan terkadang kita tidak berlaku sopan dan baik kepada orang yang bermaksiat sampai ia beriman. Hal ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada saudara saudari kita yang belum mendapatkan hidayah adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan, dan membenci mereka adalah hal yang dilarang Allah , karena jika Allah mau maka semua manusia akan diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala. 
Teguran langsung dari Allah ini adalah tuntunan Ilahi agar kita senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik yang beriman atau tidak. Namun tentunya ada perbedaannya juga cara memperlakukan antara orang yang beriman dan yang tidak beriman, antara orang yang shalih, antara orang tua atau kakak dan adik kita, antara ulama’ guru-guru dan para shalihin, masing-masing punya cara. 
Kelakuan kita dengan orang tua kita yang muslim atau yang non muslim pun harus tetap berbuat baik kepadanya. 
Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan riwayat lainnya dimana salah seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata :
“ibuku datang kepadaku dalam keadaan musyrikah ( dari golongan kuffar quraisy dan belum masuk Islam) apakah aku harus menyambutnya?”, 
 maka Rasulullah berkata : “Ya, jika dia datang sambut dan jamulah dia”. 


 Demikian budi pekerti kerukunan antara ummat beragama yang perlu kita perhatikan. Ada habl minannaas ( hubungan dengan manusia) dan ada habl minallah (hubungan dengan Allah), selanjutnya kita mengarah pada hubungan kita dengan Allah. Hadits yang telah kita baca tadi :
إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ
“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya”


Dalam hadits ini Al Imam Ibn Hajar berpendapat bahwa terdapat 2 hadits, hadits yang diatas adalah hadits yang pertama dan hadits berikut adalah hadits yang kedua:
فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
“Maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya maka lakukanlah.”


Jadi kalau kita berwudhu, batas wajah adalah lebarnya dari telinga kanan sampai ke telinga kiri dan panjangnya dari tempat tumbuh rambut kira-kira satu telunjuk dari tempat tumbuhnya alis hingga ke dagu. 
Dan jika ingin mendapatkan kemuliaan yang ada dalam hadits tadi maka lebihkan sedikit ketika membasuh anggota wudhu’.
 Maka ketika membasuh muka dilebihkan hingga sampai ke rambut dan ke leher, jika membasuh tangan maka dilebihkan hingga ke atas siku, dan membasuh kaki dilebihkan hingga ke tengah betis, begitu juga dengan anggota wudhu yang lainnya. 
Dan menurut Al Imam Ibn Hajar hadits ini terdapat 2 makna, yang pertama bahwa yang dimaksud “ghurran muhajjilin” orang yang dibangkitkan dengan wajah yang terang benderang di hari kiamat adalah yang melebihkan air dalam membasuh anggota wudhu, namun menurut pendapat yang kedua bahwa yang dimaksud adalah orang yang memperbanyak wudhu.


 Jadi semakin banyak berwudhu’ maka semakin indah dan cerah wajahnya di hari kiamat karena cahaya Allah. Wudhu adalah make up yang tidak akan hilang, karena cahaya wudhu itu tidak sirna di alam kubur, tidak pula sirna di barzakh atau di hari kiamat. 
Make up dan kosmetik yang lain akan hilang jika terkena air , maka make up wudhu lah yang paling agung. 
Maka jika ingin memiliki wajah yang cerah dan sejuk dipandang perbanyaklah berwudhu namun jangan diniatkan untuk memperindah wajah namun karena untuk mengikuti sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 


Orang yang terbiasa berwudhu kemudian dia tidak berwudhu maka orang yang biasa melihatnya akan merasakan perbedaan ketika melihat wajahnya. Dikatakan bahwa Al Arif billah jika mereka keluar rumah tanpa berwudhu maka seakan-akan mereka keluar rumah tanpa pakaian, karena orang yang berwudhu itu dijaga daripada hal-hal yang membahayakan seperti sihir, sifat sedih, sifat benci, sifat iri dan lainnya. 


Semoga wajah kita cerah dan terang benderang di hari kiamat dengan cahaya wudhu, sebagaimana hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kita baca tadi, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita merenungi hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimana ketika beliau di Madinah Al Munawwarah didatangi oleh seorang sahabat dari kalangan Anshar dan berkata :

“wahai Rasulullah, unta merah kami mengamuk dengan sangat beringasnya”, 
unta merah adalah unta yang terbesar di Madinah Al Munawwarah. Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “bawa aku padanya”, 
kemudian rasulullah meminta dibukakan pintu jebakan itu, maka para sahabat berkata :
“wahai rasulullah unta itu sedang sangat beringas” 
 maka rasulullah berkata : “ segala sesuatu yang ada di langit dan bumi mengenal dan mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali pendosa dari golongan jin dan manusia maka mereka tidak mengenal aku”. 


Wahai Rasulullah, kami adalah pendosa dan hati kami terguncang mendengar hadits ini, awalnya kami gembira bahwa engkau dikenal seluruh makhluk di langit dan bumi, namun kalimat terakhir “kecuali pendosa dari golongan jin dan manusia maka mereka tidak mengenalku”, 
 Apakah kami tidak mengenalmu wahai rasulullah?!. 
Wahai Allah kami semua hadir untuk berdzikir dan bershalawat, maka jangan sisakan satu pun dari kami kecuali kesemuanya telah dikenali oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. 
 Hadirin hadirat, perbanyak dzikir, perbanyak ibadah, perbanyak doa dan munajat. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa ketika terakhir nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, kalimat terakhir yang diucapkan oleh nabiyullah Ibrahim AS adalah :
حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ
"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah  adalah sebaik-baik Pelindung."
Ayat ini diwariskan kepada kita dengan firman yang selalu kita baca setiap di awal maulid :
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
( التوبة : 129 )
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung” ( QS. At Taubah : 129 )
Dan sebagaiamana riwayat Al Imam Abu Daud Radhiyallahu ‘anhu :
مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَبْعَ مَرَّاتٍ كَفَاهُ اللَّهُ مَا أَهَمَّهُ صَادِقًا كَانَ بِهَا أَوْ كَاذِبًا
“Barangsiapa dipagi hari atau sore membaca “Hasbiyallah Laa ilaaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsy al ‘azhiim” 7 kali, maka Allah akan melindunginya dari apa apa yg dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan” (HR Abu Dawud)


Dan terlebih lagi Jika kita hadirkan makna kalimat itu disaat kita membacanya. 
Wahai Allah rangkullah kami dalam kasih Sayangmu dan jadikanlah kami hanya selalu berharap kepada-MU, sehingga kami tidak lagi meminta dan mengharap kepada selain-Mu…
َقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.


Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rencana acara maulid akbar kita hari Selasa yang akan datang insyaallah menjadi maulid terbesar di dunia. Tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 1432 H akan bersatu kaum muslimin muslimat dari berbagai penjuru di Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera , Sulawesi dan lainnya akan bersatu di Jantung Ibukota negara muslim terbesar yaitu di Monas Jakarta. 

Kita bersama-sama untuk mendapatkan rahmat dan kedamaian dari Allah untuk bangsa kita, kota kita dan negeri lainnya, amin. Dan malam Selasa yang akan datang majelis di masjid Al Munawwar insyaallah akan kedatangan Al Allamah Al Musnid Al Habib Salim As Syathiri namun pada hari Selasa majelis di Monas beliau tidak bisa hadir karena ada jadwal lain di hari itu dan beliau memilih untuk hadir di malam Selasa majelis di masjid Al Munawwar insyaallah. Selanjutnya pembacaan qasidah Yaa Arhamarrahimin, kemudian talqin dan doa penutup oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas yatafaddhal masykuuraa.

~*~05. Cara Cara Berwudhuk - Ustaz Kazim Elias


Petikkan ~
http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=326&Itemid=1

16 February, 2011

Sheikh Abdul Qadir Jailani[AQJ] ~ PESANAN beliau...

EMPAT GOLONGAN MANUSIA
Kitab Futuuhul Ghaib
oleh Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Ada empat jenis manusia dalam dunia ini :-
1. Pertama ialah mereka yang TIDAK ADA LIDAH dan TIDAK ADA HATI.
   Mereka ini ialah orang2 yg bertaraf biasa, berotak tumpul dan berjiwa kerdil yang tidak mengenang Allah dan tidak ada kebaikan pada mereka.
Mereka ini ibarat melukut yang ringan, kecuali mereka dilimpahi dengan kasih sayang Allah dan membimbing hati mereka supaya beriman serta menggerakkan anggota-anggota mereka supaya patuh kepada Allah.
Berhati-hatilah supaya kamu jangan termasuk dalam golongan mereka. Janganlah kamu layan mereka dan janganlah kamu bergaul dengan mereka. Merekalah orang-orang yang di murkai Allah dan penghuni neraka. Kita minta di lindungi Allah dari pengaruh mereka.
Sebaliknya kamu hendaklah cuba menjadikan diri kamu sebagai orang yang dilengkapi dengan:
• Ilmu Ketuhanan,
• Guru kepada yang baik,
• Pembimbing kepada agama Allah,
• Penyampai dan pengajak kepada manusia kepada jalan Allah.

Berjaga-jagalah jika kamu hendak mempengaruhi mereka supaya mereka patuh kepada Allah dan beri amaran kepada mereka terhadap apa-apa yang memusuhi Allah. Jika kamu berjuang di jalan Allah untuk mengajak mereka menuju Allah, maka kamu akan jadi pejuang dan pahlawan di jalan Allah dan akan di beri ganjaran seperti yang di beri kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul.
Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda kepada Sayyidina Ali;
  “Jika Allah membimbing seseorang melalui bimbingan kamu kepadaNya, maka itu terlebih baik kepada kamu dari apa-apa sahaja di mana matahari terbit”.

2. Satu jenis lagi manusia ialah mereka yang ADA LIDAH tetapi TIDAK ADA HATI.
• Mereka bijak bercakap tetapi tidak melakukan seperti yang dicakapkannya.
• Mereka mengajak manusia menuju Allah tetepi mereka sendiri lari dari Allah.
• Mereka benci kononnya kepada maksiat yang dilakukan oleh orang lain, tetapi mereka sendiri bergelumang dalam maksiat itu.
• Mereka menunjuk kepada orang lain yang mereka itu Sholeh tetapi mereka sendiri melakukan dosa-dosa yang besar.
• Bila mereka bersendirian, mereka bertindak selaku harimau yang berpakaian. Inilah orang yang dikatakan kepada Nabi SAW. dengan sabda;
   “Yang paling aku takuti dan aku pun takut di kalangan umatku ialah orang "Alim yang jahat".
Kita berlindung dengan Allah daripada orang ‘Alim seperti itu. Oleh itu, larilah dan jauhkan diri kamu dari orang-orang seperti itu. Jika tidak, kamu akan terpengaruh oleh kata-kata manis yang bijak berbicara itu dan api dosanya itu akan membakari kamu dan kekotoran hatinya akan membunuh kamu.

3. Jenis yang ketiga ialah golongan orang yang MEMPUNYAI HATI tetapi TIDAK ADA LIDAH.
• Dia adalah seorang yang beriman.
• Allah telah mendindingkan mereka daripada makhluk dan
• menggantungkan di keliling mereka dengan tabir-Nya dan
• memberi mereka kesedaran tentang cacat cedera diri mereka.
• Allah menyinari hati mereka dan menyedarkan mereka tentang kejahatan yang timbul oleh kerana mencampuri urusan orang ramai dan kejahatan yang timbul oleh kerana mencampuri orang ramai dan kejahatan kerena bercakap banyak.
Mereka ini tahu bahawa keselamatan itu terletak dalam “DIAM” dan berkhalwat.
Nabi SAW. pernah bersabda;
“Barangsiapa yang diam akan mencapai keselamatan”.
Sabda baginda lagi;
“Sesungguhnya berkhidmat kepada Allah itu terdiri dari sepuluh bahagian, sembilan darinya terletak dalam diam”.
Oleh itu mereka dalam golongan jenis ini adalah Wali Allah dalam rahsia-Nya, dilindungi dan diberi keselamatan, bijaksana, rakan Allah dan diberkati dengan keredhoan dan segala yang baik akan diberikan kepada mereka.
Oleh itu, kamu hendaklah berkawan dengan mereka dan bergaul dengan orang2 ini dan diberi pertolongan kepada mereka. Jika kamu berbuat demikian, kamu akan dikasihi Allah dan kamu akan dipilih dan dimasukkan dalam golongan mereka yang menjadi Wali Allah dan hamba-hambanya yang Soleh.

4. Jenis manusia yang keempat pula ialah mereka yang diajak ke dunia tidak nampak(Alam Ghaib),
diberi pakaian kemuliaan seperti dalam sabda Nabi SAW;
    "Sesiapa yang belajar dan mengamalkan pelajarannya dan mengajarkan orang yang lain, maka akan diajak ke dunia ghaib dan permuliakan”.
Orang dalam golongan ini mempunyai ilmu-ilmu Ketuhanan dan tanda-tanda Allah[Keramah].
Hati mereka menjadi gedung ilmu Allah yang amat berharga dan orang itu akan diberi Allah rahsia-rahsia yg tidak diberi kepada orang lain.
Allah telah memilih mereka dan membawa mereka hampir hampir kepadaNya.
Allah akan membimbing mereka dan membawa mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dilapangkan utk menerima rahsia-rahsia ini dan ilmu-ilmu yang tinggi.
Allah jadikan mereka itu pelaku dan lakuan-Nya dan pengajak manusia kepada jalan Allah dan melarang membuat dosa dan maksiat. Jadilah mereka itu “Orang2 Allah/Ahlillah”. Mereka mendapat bimbingan yang benar dan yang mengesahkan kebenaran orang lain.
Mereka ibarat timbalan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah. Mereka sentiasa mendapat Taufiq dan Hidayah dari Allah Yang Maha Agung. Orang yang dalam golongan ini adalah pada peringkat terakhir atau puncak kemanusian dan tidak ada Maqam di atas ini kecuali Kenabian.
Oleh itu hati-hatilah kamu supaya jangan memusuhi dan membantah orang-orang seperti ini dan dengarlah cakap atau nasihat mereka. Oleh itu, keselamatan terletak dalam apa yang dicakapkan oleh mereka dan dalam berdamping dengan mereka, kecuali mereka yang Allah beri kuasa dan pertolongan terhadap hak dan keampunanNya.
Jadi Saya(Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani) telah bahagikan manusia itu kepada empat golongan.
Sekarang terpulanglah kepada kamu untuk memeriksa diri kamu sendiri jika kamu mempunyai fikiran.
Dan selamatkanlah diri kamu jika kamu ingin keselamatan.
Mudah-mudahan Allah membimbing kita menuju kepada apa yang dikasihiNya dan diredhoiNya,
dalam dunia ini dan di akhirat kelak.

Sumber: http://tarbiyyahibnumasran.blogspot.com/2007_10_01_archive.html

~*~*~*~

PETIKAN SYARAHAN(50) Syeikh Abdul Qadir Al Jilani.

Mungkin kamu berada dalam satu dari dua keadaan ini:

(1) Jauh dari ALLAH SWT

(2) Hampir dengan ALLAH SWT

Sekiranya kamu jauh dari ALLAH, maka janganlah kamu berdiam diri sahaja dan tidak mahu MENGEJAR KEBAHAGIAAN kamu dari KURNIAAN ALLAH dan KEBAHAGIAAN, KESELAMATAN dan KEMAJUAN di sisi ALLAH dalam DUNIA dan di AKHIRAT kelak……!!
Ayuh..!

Bangunlah dan segera menuju ALLAH….!

Tinggalkan KESERONOKAN dan berFOYA itu dan jauhkan yang HARAM…...

Bersedialah dengan SABAR menghadapi keSULITan dan keSUSAHan dan jauhkan diri dari manusia dan dari KEINGINAN dunia atau akhirat agar kamu berjaya "BERSATU" dengan ALLAH dan hampir denganNYA, dan kemudian itu barulah kamu boleh mendapat apa yang kamu kehendaki…...

Kamu akan diberi keMULIAan dan keTINGGIan Pangkat di sisi ALLAH. Jika kamu telah masuk dalam golongan diberi ALLAH kehormatan, kasih Sayang dan RahmatNYA, maka tunjukkanlah sopan dan akhlak yang baik dan jangan kamu merasa tinggi diri dengan kurniaaNYA itu, agar kamu tidak lupa tentang kewajipan kamu terhadap ALLAH dan agar kamu tidak condong kembali kepada keJAHILan dan keGELAPan kamu yang mula2 dahulu.

Firman ALLAH:Ertinya:
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan AMANAH kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul AMANAH itu dan mereka khuatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah AMANAH itu oleh manusia. Sesunggguhnya manusia itu AMAT ZALIM dan AMAT BODOH"

Firman ALLAH lagi ertinya:
"..Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan manusia adalah bersifat tergesa-gesa."

Pelihara HATi kamu daripada condong kepada apa yang telah kamu tinggalkan tentang manusia, HAWA NAFSU, keinginan, USAHA, kehilangan SABAR, REDHA dan bersesuaian dengan ALLAH semasa ditimpa KEMALANGAN dan KESUSAHAN.

Sebaliknya kamu hendaklah MENYERAHKAN DIRI-Mu kepada ALLAH seperti BOLA di kaki pemain bola, atau seperti BAYi di pangkuan ibunya, atau seperti MAYAT di tangan pemandi-pemandinya.

BUTAkan HATI-Mu kepada apa sahaja selain DIA supaya kamu pandang tidak ada yg lain kecuali ALLAH..!!

Tidak ada yg WUJUD..!!

Tidak ada yg meMUDHARATkan..!!

Tidak ada yg meMANFAATkan..!!

Tidak ada yg MENOLAK PEMBERIAN atau yg MEMBERI..!!

Semua itu si DIA (ALLAH)LAH jua.!!

ANGGAPlah makhluk itu, semasa kesusahan dan penderitaan, sebagai TALI CEMATI dari ALLAH Yg Maha Agung, yg dengannya ALLAH memukul kamu.

Semasa KEBAHAGIAAN dan KESELAMATAN, anggaplah makhluk itu sebagai TANGAN ALLAH yg memberi REZEKI ke KAMU!!!

. .
~***~LadingEMAS~***~

15 February, 2011

7 SUNNAH RASULULLAH S.A.W

JAGA 7 SUNNAH RASULULLAH S.A.W




"Cerdasnya orang yang beriman adalah, dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat, yang sekejap untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup.

Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Kerana, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.

Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu adalah:

Pertama: Tahajjud, kerana kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua: Membaca Al-Qur'an sebelum terbit matahari Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur'an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga: jangan tinggalkan masjid terutama di waktu Subuh & Isya. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, kerana masjid merupakan Pusat Keberkahan, bukan kerana panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat: jaga Solat Dhuha, kerana kunci rezeki terletak pada solat dhuha.

KeLima: jaga sedekah setiap hari. Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Keenam: Jaga wudhu terus menerus kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib,

  "Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan Sayangi dia ya Allah".

Ketujuh: amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.

Zikir adalah bukti syukur kita kepada Allah. Bila kita kurang bersyukur, maka kita kurang berzikir pula, oleh kerana itu setiap waktu harus selalu ada penghayatan dalam melaksanakan ibadah ritual dan ibadah ajaran Islam lainnya. Zikir juga merupakan makanan rohani yang paling bergizi, dan dengan zikir berbagai kejahatan dapat ditangkal sehingga jauhlah umat manusia dari sifat-sifat yang berpangkal pada materialisme dan hedonisme.

  Jgn lupa juga utk berSelawat keatas Nabi, sbb Allah dan para Malaikat berSelawat keatas beliau, malah sesiapa yg berSelawat, maka Allah berSelawat keatasnya 10x. Wah hebat sekali..!!!

Den ambik kat iluvislam.com. harap2 Den dpt ikut semua sunnah RASULULLAH S.A.W sedikit demi sedikit dari hari ke hari...Amin! Ya Rabb!


Lading Emas

11 February, 2011

RASULULLAH TIDAK PERNAH MENGUBAT ORANG YANG SAKIT..???

RASULULLAH TIDAK PERNAH MENGUBAT ORANG YANG SAKIT?
BENARKAH RASULULLAH TIDAK PERNAH MENGUBAT ORANG YANG SAKIT?

Soalan


Saya mendengar seorang penceramah mengulas sebuah hadis bahawa Rasulullah s.a.w., pernah dibawa kepadanya seorang pesakit meminta diubati. Rasulullah tidak mengubatinya, sebaliknya pesakit itu dirujuk kepada pengubat lain.
Kata penceramah itu Rasulullah tidak mengubatkan pesakit. Oleh itu bagaimana kita hendak kaitkan ilmu perubatan Islam dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran sedangkan Nabi tidak melakukannya? Mohon dijelaskan kesahihan hadis tersebut.
AHMAD NIZAM YAAKUB
Ukay Perdana, Hulu Klang

Jawapan


Hadis yang dirujukkan penceramah tersebut adalah betul. Ia adalah hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Muslim yang didapati dalam banyak kitab seperti Sahih Muslim dan Zaadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim dalam juzuk kelima.


Hadis sepenuhnya bermaksud begini:


Disebut lbnu Syihab az-Zukhri katanya; seorang lelaki telah dipatuk ular berbisa lalu dibawa kepada Rasulullah s.a.w., sengatan ular ini amat serius, lelaki itu berada di dalam sangat kritikal. Lalu Nabi bertanya kepada sahabat, apakah ada orang yang mahir mengubati bisa ular. Sahabat memberitahunya, ada, iaitu Aalu Hazmin, mereka terkenal dengan ilmu pengubatan ini. Nabi bertanya siapakah nama pengubat yang terbaik itu, lalu mereka menjawab ‘Ammarah Ibnu Hazmin. Pesakit ini dibawa berjumpa dengan ‘Ammarah, tetapi beliau enggan mengubatkannya. Lalu pesakit ini dibawa berjumpa Rasulullah s.a.w. semula.


Nabi bertanya ‘Ammarah mengapa beliau enggan merawat. Jawabnya, saya telah memeluk agama Is­lam dan saya Mendengar Rasulullah s.a.w. melarang jampi mantera untuk rawatan. Lalu Rasulullah s.a.w. berkata kepada beliau, bukan semua jampi mantera diharamkan. Ada yang boleh diamalkan jika tiada dalam jampi itu perkataan yang syirik. “Nabi menyuruh ‘Ammarah membaca jampi yang ada padanya untuk rawatan bisa tersebut. Selepas mendengarnya, Nabi membenarkan ‘Ammarah membacanya untuk tujuan pengubatan. Lalu beliau melakukannya dan pesakit itu sembuh dengan izin Allah SWT”


Permasalahan yang saudara bangkitkan, dengan ulasan penceramah tersebut, seme­mangnya boleh mencelarukan orang yang mendengarnya. Malah boleh memecah­ belahkan orang yang kurang ilmu penge­tahuannya tentang hadis.
Orang yang banyak membaca dan mema­hami ilmu syariat, khususnya menguasai hadis-hadis Nabi yang banyak boleh memahami hadis ini. Kebiasaannya orang yang mahir dengan hukum, tidak mudah untuk membuat kesimpulan semata-mata dengan hanya menjumpai satu hadis sahih sahaja. Tidak wajar, daripada satu hadis sahaja penceramah sudah membuat kesimpulan dan menyalahkan orang lain, kononnya Nabi tidak pernah mengubatkan pesakit.


Hadis-hadis sahih tentang pengubatan, saya dapati amat banyak. Memudahkan untuk kita memahami hadis-hadis ini, saya membuat kesimpulan bahawa hadis-hadis sahih tersebut, dikumpul­kan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Diletakkan dalam satu bab khusus yang dipanggil "Babuttadawi" (Bab Mengubat Penyakit). Saya menyimpulkan semua hadis­-hadis sahih tentang bab pengubatan penyakit ini dalam sekurang-kurangnya enam keadaan yang berlainan tetapi mempunyai signifikan yang sendiri.


Senario Pertama


Pesakit datang berjumpa Rasulullah s.a.w. meminta dirawat dan Nabi sendiri merawat mereka dengan bacaan ayat al-Quran ataupun daripada hadis baginda sendiri. Ia terdapat misalnya dalam hadis dari Uthman Ibnul ‘Ass dan Aisyah binti Abu Bakr yang menyebut bahawa Rasulullah s.a.w. mengubati keluarganya yang sakit. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


Demikian juga Anas bin Malik mencerita­kan bahawa Tsabit al-Banani datang kepada baginda mengadu sakit, lalu Nabi merawat­nya. Dalam satu hadis lain yang diriwayatkan oleh Anas, iaitu datang seorang pesakit kepadanya lalu Anas berkata, mahukah kamu, aku jampi ke atas kamu sebagaimana jampi Rasulullah s.a.w. ke atas ku. Jawabnya mengapa tidak. Lalu Anas menjampi nya dengan jampi Rasulullah. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


Senario Kedua


Nabi mengajar sahabat menjampi pesakit untuk mereka menjadi pengubat. Hal ini sabit dengan hadis dari Aisyah, Uthman Ibnul ‘Ass dan Anas bin Malik, bahawa Nabi mengajar bacaan untuk mengubat penyakit..


Senario Ketiga


Nabi sendiri yang sakit, tetapi baginda tidak mengubati dirinya. Sebaliknya diubati oleh Jibril a.s. Hal ini boleh dilihat dari hadis, Abu Sa’id al-Khudri katanya: “Jibril mendatangi Rasu­lullah s.a.w. lalu berkata, wahai Muhammad apakah anda mengadu kesakitan? Jawab baginda, ya. Lalu Jibril menjampikan baginda.(Hadis Sahih Muslim).


Ini menunjukkan, bahawa pasti ada pera­wat kepada yang sakit. Pesakit perlu dirujuk kepada perawat atau pakar lain dalam bidang-bidang tertentu.


Senario Keempat


Nabi s.a.w. sakit dan baginda merawat dirinya sendiri. Aisyah rha. menceritakan bahawa Rasulullah s.a.w. mengadu kesakitan, baginda mengubati dirinya sendiri dengan membaca ayat-ayat al-Quran. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).


Senario Kelima


Pesakit yang mahir ataupun pakar, boleh diubati oleh orang yang kurang pakar. Hal ini berlaku, ada ketikanya Jibril yang merawat ke­tika Rasulullah sakit dan dalam hadis sahih se­perti peristiwa menjelang kewafatan baginda, baginda meminta Aisyah rha. merawatnya.


Pada mulanya Aisyah enggan merawat Nabi kerana mengenangkan siapalah dirinya jika hendak dibandingkan dengan Rasulullah. Oleh kerana Rasulullah sendiri yang meminta Aisyah membacanya, lalu Aisyah membaca ayat-ayat al-Quran dengan meme­gang tangan Rasulullah sambil mengharapkan keberkatan yang lebih dari tangan Nabi yang suci itu.


Dalam senario ini juga, Nabi meminta Aisyah membawa sebekas air untuk didoakan, setelah didoakan, lalu Nabi mencelupkan tangannya di dalam air itu, lalu Nabi menya­pukannya di muka dan di badan baginda.


Senario Keenam


Nabi tidak mengubat pesakit (sedangkan baginda boleh berbuat demikian). Senario ini sama sebagaimana yang disebutkan dalam soalan tadi. Ini menunjukkan bahawa Rasulullah s.a.w. mengajar kita apabila ada pesakit yang serius (seperti dipatuk ular dalam hadis tadi), maka diarahkan supaya dirujuk kepada pakar segera.


Sememangnya Nabi s.a.w. pakar dalam segalanya, tetapi baginda memberi peluang untuk dirujukkan hal-hal tertentu kepada sahabat-sahabat yang lain.


Oleh itu maka hadis yang saudara persoal­kan, hanyalah salah satu episod daripada cara pengubatan Rasulullah s.a.w.


Wallah hu ‘alam


[Petikan dari Harakah Bil. 1333 (16-30 April 2007 )

http://www.darussyifa.org/modules.php?name=News&file=article&sid=8
. .
~***~Taman KoperasiBENA, IJOK~***~

10 February, 2011

Jin ~ Manusia memasukki Alam Jin..???

Benarkah Manusia boleh masuki alam jin?

Soalan

Banyak perkara ganjil berlaku. Salah satu yang ganjil adalah cerita mengenai manusia yang dilarikan jin masuk ke alamnya dan hilang dari alam manusia. Beberapa ketika kemudian orang berkenaan muncul balik dan memberitahu dilarikan jin. Ada orang kampung saya yang hilang, selepas tujuh hari mencarinya, tiba-tiba dia ditemui di belakang rumahnya. Betulkah cerita-cerita sebegini. Harap Dato' dapat jelaskan.

SUBHAN JAMAL,Kuala Langat


Jawapan

Saya pun banyak mendengar cerita seperti yang saudara sebutkan itu. Boleh dipercayai atau tidak, jawapan saya boleh.

Cerita sebegitu boleh dipercayai. Tetapi ingin saya berpesan, jangan sesekali kita mempercayainya bulat-bulat tanpa diselidiki sehalus-halusnya.

Dunia kita ini didiami oleh banyak makhluk. Manusia, jin, haiwan, unggas-unggas, ikan dan sebagainya. Apabila kita berkongsi tempat tinggal di dunia ini, maka dengan sendirinya kita akan berinteraksi dengan semua makhluk ini.

Kita akan berjumpa, berkawan, bersapa, bermusuh dan sebagainya.

Syaitan (makhluk halus) wujud. Mereka pada umumnya adalah musuh manusia. Makhluk halus boleh menyerupai manusia dengan pelbagai rupa.

Salah satunya mereka boleh menyerupai manusia seperti yang disabitkan dalam Firman Allah SWT dalam al-Quran (mafhumnya): "Dan (ingatlah) ketika syaitan memperhiaskan kepada mereka perbuatan mereka, serta menghasut mereka dengan berkata: "Pada hari ini tidak ada sesiapa pun dari umat manusia yang dapat mengalahkan kamu, dan sesungguhnya aku (syaitan) adalah pelindung dan penolong kamu........(hingga akhir ayat)." (Surah al-Anfaal, ayat 48)

Kesimpulan daripada ayat ini menurut ahli tafsir, adalah peristiwa dalam Perang Badar, apabila syaitan yang zahir dalam bentuk manusia, dikenali menyerupai Suraqah bin Malik bin Jukshum.

Suraqah (syaitan tadi) bersama dengan bala tenteranya, kononnya mahu menolong kuffar Makkah ketika itu untuk mengalahlan umat Islam.

Akhirnya apabila bertemu kedua-dua pasukan, Suraqah bersama bala tenteranya, lintang pukang cabut lari dari medan peperangan. Rupa-rupanya Suraqah dan tenteranya, bukan Suraqah sebenar yang dikenali oleh puak Musyrikin, ia adalah jelmaan syaitan.

Jelas daripada ayat ini, menunjukkan syaitan (makhluk halus) boleh berubah menjadi makhluk kasar, dan atas perkara yang sama, makhluk kasar (seperti manusia) boleh berubah menjadi makhluk halus. Manusia boleh hilang pada pandangan mata kasar dan berada dalam alam makhluk halus.

Dalam Kitab Gharaib Wa'ajaaibul Jinn karangan Al-Muhadith al-Qadi Badruddin as-Syubli, di halaman 99 ditulis suatu tajuk ‘Hukum ke atas isteri yang suaminya dilarikan jin’.

Diceritakan di dalam bab tersebut, bahawa pada zaman Umar al-Khattab (r.a.) menjadi khalifah, seorang perempuan mengadu kepada Umar tentang kehilangan suaminya (dilarikan jin). Umar bertanyakan wanita tersebut dan membenarkan dakwaannya.

Umar memberi hukum, perempuan itu terpisah dengan suaminya dan hendaklah ber'idah selama 4 tahun. Sesudah genap ber'idah, dia mendatangi Umar sekali lagi untuk meminta kebenaran berkahwin.

Setelah berkahwin dengan suami yang kedua, suami pertama yang hilang dahulu muncul semula dan mereka bersengketa kerana perempuan itu ada dua orang suami.

Mereka mendatangi Umar semula kerana dialah yang membenarkan perempuan itu berkahwin.

Umar berkata kepada suami pertamanya mengapa kamu menghilang diri begitu lama. Lalu lelaki itu menjawab dengan mengatakan beliau mempunyai alasan yang kuat kerana, dia ditawan oleh jin sepanjang masa dia hilang tersebut. Dia akhirnya dibebaskan.

Umar memberikan pilihan kepada suami yang pertama itu iaitu, sama ada hendak bersama dengan isterinya, dia akan memfasahkan perkahwinan kedua, atau dia menceraikan isterinya kerana ada suami yang kedua dan dia berhak mendapat kembali mahar yang dibayarnya semasa berkahwin dahulu.

Kisah ini dengan sendirinya membenarkan cerita bahawa terdapat manusia yang hilang kerana disembunyikan makhluk halus dan boleh kembali semula.

Namun demikian tidak semua cerita seperti ini benar. Kadang-kadang ada orang yang mengambil kesempatan, dia menghilang diri, bukan disorok jin, tetiba muncul semula dengan dakwaan sedemikian.

Tidak mustahil, orang yang mempunyai masalah dirinya, menghilangkan diri daripada orang ramai dengan pergi ke tempat yang jauh, akhirnya pulang dengan masalah-masalah yang tertentu.

Hal sebegini, kes-kes manusia dihilangkan jin jarang berlaku. Ianya kes terpencil, kita patut berhati-hati.

Wallahua'lam.

(Petikan dari Ruangan bersama Ustaz Dr. Haron Din: Harakah Bil.1340)

Petikkan ~ http://www.darussyifa.org/modules.php?name=News&file=article&sid=29
. .
~***~Taman KoperasiBENA, IJOK~***~

09 February, 2011

Ayat 33

Amalan "Ayat~33" ini Sy dapat daripada Utz Sheikh Mohsen Sheikh Ahmad, ketika berkunjung di rumah beliau di Seremban pd bulan Oct.2010 lepas, namun beliau meminta Sy sendiri berjumpa Abg beliau iaitu, Dato Sheikh Murtadza utk di "Ijazahkan" sebagai pengamal Ayat~33 ini.
[Pada tahun 1990 Sy juga berkesempatan berjumpa Allahyarham Hj Musthapa Hj Ibrahim~
Beliau adalah Mantan Pegawai Penerangan JAIN[Kuala Pilah], dan semasa persaraan beliau juga seorang yg aktif dlm bidang dakwah di Seremban dan sekitar Kuala Pilah, Al-Hamdulillah, telah mengijazahkan kami sekeluarga ayat~33 ini]

Pd mlm itu[23.Nov.2010-Selasa] Sy dan beberapa Sahabat berkunjung di Surau  tmpt Dato Sheikh Murtadza mengajar di Rasah, Seremban. Sempat juga sy meminta izin utk dipanjangkan kpd Sdara Muslimin dan Muslimat, kata beliau, "..amalkanlah dan sebarkan kepada Ahli keluarga dan kenalan, dan beliau juga mahu kami memPERKASAkan juga Islam didalam diri dgn mengaji [belajarlah Fekah, Usuluddin dan Tasawur Islam].Dan ditekankan kepada kami dgn nasihat yg berUlang-ulang kali, utk menunjukkan betapa seriusnya beliau kpd kami bahwa "ilmu" itu amat penting.

Hari ini Umat Islam terlalu lemah, hinggakan banyak perkara-perkara mungkar terjadi, Sihir dan kes-kes penganiayaan berlaku dimana-mana sahaja. Ini adalah kelemahan terbesar Umat Islam hari ini..! Katanya kpd kami malam itu.Kami berasa amat terharu sekali pd malam itu, atas kemurahan hati beliau, menurunkan ayat33, dan beberapa nasihat yg amat berguna kpd kami. Moga Allah jua yg memberi kurnia balasan yg sebaik-baik pd beliau dan ahli keluarganya

Dato Sheikh Murtadza juga mengatakan pd masa askar2 kita ke Conggo, mereka ini juga dibekal ayat33 sebagai amalan harian mereka, AlHamdulillah, hasilnya bukan shj askar kita terselamat dgn izin Allah, malah mereka juga dpt menawan ramai musuh-musuh, ketika di sana.

Moga Allah jua yg membalas, jasa beliau dan juga Sahabat2 yg banyak membantu, dgn sebaik-baik balasan ..Amin! Ya Rabb Ya ArHammarrohimin Ya Zaljalalli walikram Ya Kariim

Alhamdulillah..! Ini adalah ayat tersebut. Wallahu A'lam.






. .
~***~LadingEMAS~***~


. .
~***~Taman KoperasiBENA, IJOK~***~

08 February, 2011

Azimat dan TangkaL, dan lilitan benang

LILITAN BENANG HITAM PADA BUDAK ADALAH AMALAN SYIRIK
Adakah Lilitan Benang Hitam pada budak adalah amalan syirik?

Soalan

MENJADI kebiasaan atau kelaziman di kampung saya, apabila terdapat kanak-­kanak menghadapi masalah kesihatan khususnya yang kerap menangis lebih daripada biasa, dibawa kepada perawat, lalu tangannya diikat dengan benang hitam atau benang berwarna lain, dengan pelbagai warna sebagai ikhtiar untuk perlindungan daripada pelbagai gangguan. Apakah rawatan dan amalan seperti ini diharuskan oleh syarak?

SHAMSIAH ABU BAKAR
Jerantut

Jawapan

Saya sendiri pernah melihat perbuatan seperti itu dan sudah banyak kali kanak-kanak yang pada tangannya dipakaikan benang dibawa kepada saya untuk dirawat, Saya dengan bahasa yang penuh diplomasi meminta supaya benang hitam atau sebagainya termasuk tangkal, hendaklah dibuang dahulu sebelum saya mengikhtiarkan rawatan.

Amalan dan kelaziman yang disebut dalam soalan tadi, sebenarnya berten­tangan dengan ajaran Islam. Banyak hadis yang memberi penjelasan, antaranya hadis yang bermaksud: “Uqbah Ibnu ‘Amir berkata, ‘Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud, Ssiapa yang meng­gantung tangkal (Damimah) maka Allah SWT tidak akan menyempurnakan hajat­nya dan barang siapa yang menggantung objek seperti kulit siput (Wada’ah), maka Allah tidak akan menenteramkannya.’”

Jelas daripada hadis ini Nabi s.a.w. melarang sebarang penggunaan tangkal. Tangkal dirujuk kepada benang, tali atau apa sahaja yang dipakai pada badan, untuk tujuan mendapat faedah yang diharamkan kepada orang yang memakainya.

Dalam hadis lain (mahfumnya ): Rasulullah s.a.w. telah lihat ada satu lilitan seperti gelang (halaqah) yang dipakai di tangan seorang lelaki, lalu baginda bertanya lelaki itu, ‘Apakah yang kamu pakai ini? “Lelaki itu menjawab, “Aku jadikannya sebagai pendinding atau pengadang diriku daripada sebarang kelemahan.”

“Lalu baginda bersabda kepadanya, ‘Sesungguhnya benda-benda seperti ini, tidak akan menambahkan kepada mu melainkan kelemahan jua, buanglah ia kerana sesungguhnya, sekiranya kamu mati dalam keadaan memakai benda seperti ini, kamu akan diserahkan kepada benda itu.” (Hadis riwayat ‘Imran bin Hussain dan Imam Ahmad Ibni Hambal).

Dalam hadis lain (mafhumnya): “Dan Abu Bashir al-Ansari meriwayatkan, pada suatu ketika beliau telah bersama dengan Rasulullah s.a.w. dalam satu perjalanan dengan menunggang unta, maka baginda melihat ada unta-unta yang dipakaikan tangkal kepada unta tersebut.

“Lalu baginda memerintahkan kepada kami, agar apa sahaja rantai, kalungan (qilaadah) yang terdapat pada mana-mana unta hendaklah dipotong dan dibuang.”
(Hadis riwayat aI-Bukhari dan Muslim).

Sebab utama mengapa Nabi s.a.w. memerintah dilakukan demikian, sebab utamanya seperti yang disebut oleh Imam Ibnu Jauzi iaitu, orang-orang Arab mem­percayai bahawa dengan memakai tangkal pada unta, akan selamat daripada gangguan. Kepercayaan sedemikian boleh membawa kepada syirik, samalah dengan persoalan yang dikemukakan tadi.

Ingatlah bahawa dengan mengikat benang hitam pada lengan kanak-kanak, atau membuat tangkal dengan simpulan benang pelbagai warna dipakai di leher atau di pinggang kanak-kanak atau orang tua­-tua, atas kepercayaan ia boleh memberi manfaat kepada manusia, kesemuanya dilarang.

Terdapat dalam hadis lain Nabi saw. menyebut (mafhumnya): “Sesiapa yang mengikat simpulan benang lalu meniup kepada benang itu dan dipakai, maka dia telah syirik kepada Allah SWT.”

Oleh yang demikian maka eloklah dihentikan amalan-amalan seperti itu.

Waalahu a’lam.

(Petikan dari Harakah Bil.1335)

petikan dari : http://www.darussyifa.org/modules.php?name=News&file=article&sid=17

. .
~***~Taman KoperasiBENA, IJOK~***~
~*~ Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... ~*~