QURAN dan TerJemahan ~ PerHatikan Pesanan Allah dlm KiTabNya ini

AL QURAN

Listen to Quran
~*~*~*Al-Quran OnLine

03 November, 2010

Sekali, Peristiwa daaa...~Surat Untuk Ayah~

~Surat Untuk Ayah~

Inilah cabaran utk ibubapa zaman sekarang.....aduss...mmg boleh gugur jantung kita dibuatnye....

Kisah ini terjadi disuatu pagi yang cerah… . mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa bilik tidur anak gadisnya… yg berumur 17thn

Dia mendapati bilik itu cukup kemas dan rapi, dengan sekeping sampul surat yg bertuliskan untuk ayah diatas meja bacaan.. perlahan dia mula membuka surat itu…
________________________________________
___________________________

Ayahku yg tercinta,

Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia lelaki yang baik, setelah bertemu dia.. ayah mesti setuju walaupun penuh dgn tatto2 ganas ditubuhnya.

Dia sudah cukup dewasa walaupun belum begitu tua (aku fikir zaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih2 lagi dia akan jd ayah kpd kandunganku ini. Dia memohonku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.

Dia punya bisnes perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahawa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai mati memisahkan kami. Aku yakin bahawa para doktor akan menemukan ubat untuk AIDS jadi dia akan segera sembuh.

Aku tahu dia juga ada perempuan lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeza.

Ayah.. jangan risau akan keadaanku. Aku sudah 17 tahun sekarang, aku tahu menjaga diriku. Salam sayang untuk ayahku dan ibuku yg tercinta. Oh ya sebelum aku terlupa, berikan semua teddy bear dlm bilik ku ini untuk adikku yg sgt2 inginkannya… …
___________________________________________________________________

keadaan si ayah bagaikan nk tercabut jantungnya ketika itu… … ..lalu perlahan2 membuka muka surat kedua surat itu… dgn keadaan terketar2 si ayah membaca… 
… .


PS: Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis di atas itu benar, segalanya gurauan belaka. Aku hanya ingin menunjukkan hal yg lebih mengerikan daripada nilai report kad ku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani reportku diatas meja, panggil aku ya… Aku berada dirumah jiran sebelah jer… .. Jangan Marah aaaa....

~"huhuhu waktu saya baca,ada rase mcm2...
las sekali bt sy tergelak huhuhu... ^^,)
apa pandangan kalian semua?
dari mawar berduri~



. .
Taman KoperasiBENA, IJOK

01 November, 2010

Bintang2 yg hilang ~ ibarat Permata yg hilang; Jauhari juga yg mengenal Manikam

Habib Ali bin Ja'far Alaydrus, Batu Pahat-Malaysia.

by Mohamed Ibrahim Maricar on Monday, November 1, 2010 at 9:39am
 Habib Ali bin Ja'far Alaydrus, Batu Pahat-Malaysia.
 Habib Ali bin Ja'far Alaydrus, Batu Pahat-Malaysia.

 Teladan dalam Kezuhudan

Belum hilang rasa sedih di hati atas wafatnya Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, Jeddah, tersiarlah berita duka dari negeri jiran Malaysia. Kamis, 13 Mei 2010/28 Jumadil Ula 1431 H, sore menjelang maghrib, atau tepat 40 hari setelah Habib Abdul Qadir wafat, satu lagi pilar Bani Alawi, Habib Ali bin Ja'far bin Ahmad Alaydrus, atau yang sering disebut 'Habib Ali Batu Pahat', pergi menuju keribaan mulia Sang Pencipta.

Umat Islam kembali ditinggalkan seorang kekasih Allah yang mengajarkan kepada siapa pun bahwa di zaman yang sudah amat maju ini orang masih bisa hidup zuhud dan tawadhu. Dalam kesederhanaannya, ia mengarungi hidup dengan tegar. Banyak di antara pecintanya ingin membangunkan rumah mewah sebagai kediaman yang layak bagi orang sebesar dirinya. Namun semuanya ia tolak secara halus. Demikianlah, setiap harinya dia mandi dan mengambil wudhu di kamar mandi yang bersatu dengan sumur tua dalam bangunan yang sangat sederhana.

Tanda keutamaan dalam dirinya sangat jelas. la adalah orang yang ketika wajahnya dipandang, dapat mengingatkan hati yang memandangnya kepada Allah SWT. Akhlaqnya amat luhur dan mulia, mencontohi akhlaq datuknya, Baginda Rasulullah SAW. Sikap zuhud terhadap dunia adalah hiasan terindah dalam kesehariannya. Begitu pula sifatnya yang teramat wara'.

Salah seorang kerabatnya dari Indonesia, yang masih terhitung cucunya, suatu saat mengunjunginya. Saat berada di sana, lewat jendela rumah sederhana itu, sang cucu memandangi buah kelapa yang menggantung di pohon kelapa di sisi rumahnya.

Memperhatikan hal itu, Habib Ali mendekat dan mengatakan kepadanya, "Kamu mau buah kelapa itu? Sebentar. Saya mintakan izin dulu sama si empunya tanah. Sebab, saya hanya menyewa rumahnya, tanahnya tidak ikut saya sewa." Subhanallah. Rumah sederhana yang ia tempati itu pun ternyata rumah sewaan, bukan rumah miliknya.

Habib Anis Alhabshee dari Solo, menziarahi Habib Ali di rumahnya.


Sangat Memuliakan Tamu
Hatinya begitu lembut. la tak ingin ada sedikit pun rasa kecewa tumbuh di hati orang yang mengunjunginya. Di rumahnya yang amat sederhana, kecil, dan sempit itu, sedemikian rupa ia muliakan setiap tamu yang datang. Semua ia terima dengan penerimaan yang menyenangkan hati, tak peduli rupa apalagi harta.
Berjumpa dengan sosok bersahaja itu, hati pun serasa menjadi lapang seketika. Ruang tamunya pun tak pernah kosong dari ratusan botol kemasan air mineral para tamu yang berharap keberkahan dari doa-doa yang ia lafalkan. Meski amat banyak untuk ukuran seorang yang sudah sesepuh Habib Ali Batu Pahat, ia mendoai satu per satu air itu dengan penuh kekhusyu'an. la amat santun kepada setiap tamunya. Kaya, miskin, ulama, ataupun awam. Siapa pun.

Meski hidup sederhana, ia bahkan hampir selalu memberikan wang kepada para tamunya. Jumlahnya terkadang tidak kecil. Jika mereka berkunjung pada jam makan, tak mungkin tamunya diizinkan pulang sebelum mereka makan bersamanya. Sifat rendah hatinya kepada setiap tamunya amat mengagumkan. Sebelum sang tamu pulang, orang semulia dirinya ini justru selalu meminta doa dari mereka.

Kelahiran Purwakarta
Ayah Habib Ali, Habib Ja'far bin Ahmad Alaydrus, datang ke Singapura dari Purwarkarta dan menetap di Negeri Singa itu selama beberapa tahun pada dekade tahun 1930-an dan tinggal di Lorong 30 Geylang. Habib Ja'far kembali ke Hadhramaut pada tahun 1938. la wafat pada tahun 1976 di kota Tarim.

Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Zanbal, berdekatan dengan makam datuknya, Habib Abdullah Alaydrus. Berdasarkan kisah yang disampaikan Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf Jeddah, ketika ayah Habib Ali ini masih dalam kandungan ibunya, kakeknya, Habib Abdul Qadir bin Salim, berkata kepada istrinya, Hababah Aisyah Assegaf, jika putranya Ahmad dikaruniai anak laki-laki, akan ia namai "Salim", mengikut nama orangtua Habib Abdul Qadir sendiri. Namun istrinya, Hababah Aisyah, tidak setuju dengan usulan itu dan ia ingin menamainya Ja'far, mengikuti nama datuk sang istri, Habib Ja'far bin Ahmad bin Ali bin Abdullah Assegaf. Mendengar usulan sang istri, Habib Abdul Qadir mengatakan, ia bersedia menamainya "Ja'far" sekiranya tampak nyata kelebihan yang ada pada diri anak itu kelak.

"Baik, kamu akan lihat kelebihannya, giginya akan tumbuh sebelum waktunya," kata. Hababah Aisyah saat itu. Habib Abdul Qadir menimpali kembali, "Kalau memang demikian, aku akan sembelih tujuh ekor kambing." Pada saatnya, benar saja, yang terlahir adalah seorang anak laki-laki. Dan tiba hari ketujuh, hari untuk menyelenggarakan aqiqah sekaligus untuk memberikan nama pada sang anak, nyatalah apa yang dikatakan Hababah Aisyah. Gigi si cucu mulai terlihat. Maka, sang cucu pun dinamai "Ja'far". Habib Ja'far kemudian tumbuh dewasa dalam lingkungan keluarga yang shalih dan alim. la juga kemudian dikenal sebagai seorang alim pada masanya. Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, Jeddah termasuk yang ber-istifadah (mengambil faidah ilmu) darinya.

Di antara karyanya, Habib Ja'far meninggalkan sebuah diwan (kumpulan qashidah) yang kini telah dicetak oleh penerbit Darul Ushul, Yaman. Habib Ja'far bin Ahmad mempunyai 10 putra, yakni Abdullah, Abdul Qadir, Ali, Salim, ldrus, Thaha, Ahmad, Abubakar, Thahir, dan Alwi, serta beberapa putri. Di antara putri Habib Ja'far yang masih hidup pada saat ini adalah adik Habib Ali yang bernama Syarifah Gamar.

Mungkin tak banyak orang yang tahu bahwa Habib Ali Batu Pahat ini kelahiran Nusantara, tepatnya di Purwakarta, Jawa Barat, pada tahun 1919. Sebagian keluarganya saat ini juga masih berada di sana. Tahun 1926, yaitu saat berumur tujuh tahun, ia tiba di Singapura. Tapi hanya sebentar, lalu ia kembali lagi ke Indonesia. Tahun 1929, untuk kedua kalinya ia datang ke Singapura dan kemudian menetap di sana hingga tahun 1942.

Di Singapura, ia tinggal bersama ayah dan kakaknya, Habib Abdul Qadir bin Ja'far Alaydrus, di sebuah rumah di Arab Street. Ketika itu sang kakak barn datang dari Hadhramaut. Berdasarkan cerita yang pernah disampaikan Habib Ali sendiri, kedatangan sang kakak mendapat sambutan yang amat hangat dari penduduk Singapura pada saat itu. Habib Abdul Qadir sendiri wafat di Purwakarta dan dimakamkan di sana.

Tahun 1942, Habib Ali hijrah ke Batu Pahat, Johor, Malaysia. Semasa hidupnya di negeri rantaunya yang baru ini, Habib Ali menjadi tempat mengadu berbagai permasalahan banyak orang.

Tempat Ziarah para Ulama
Semasa hidupnya, Habib Ali menjadi tempat mengadu berbagai permasalahan banyak orang. Mereka yang berasal dari Nusantara dan negara-negara Arab, apabila berkunjung ke Malaysia, akan meluangkan waktu untuk mengunjunginya, demi mendapatkan mutiara nasihat dan keberkahan dari sosok yang jiwa dan raganya ini senantiasa bergantung kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Di antara petua yang pernah ia sampaikan,
   "Allah SWT adalah Sang Khaliq. Manusia hanyalah makhluk. Maka, manusia harus mematuhi apa pun perintah Sang Maha Pencipta. Bukan Sang Maha Pencipta yang mematuhi perintah manusia." 

  Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, bila berkunjung ke Malaysia, pun kerap menziarahi Habib Ali di Batu Pahat. Pada perjumpaan terakhirnya dengan Habib Ali, Al-Maliki mengatakan, ia meyakini bahwa Habib Ali adalah seorang yang diberi anugerah besar dari sisi Allah di negeri rantaunya ini. Sebelum pulang, Sayyid Muhammad Al-Maliki pun mengarang sebuah qashidah untuknya yang menggambarkan sifat-sifat mulia Habib Ali bin Ja'far Alaydrus.

Pernah suatu kali Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki rahimahullah berkunjung pada beliau, sepanjang jalan Sayyid Muhammad berbicara tentang rindunya pada Rasulullah saw, maka ketika sampai di kediaman beliau, maka semua tamu tidak diperkenankan masuk, kecuali Sayyid Muhammad Al Maliki, mereka masuk berdua cukup lama, lalu keluarlah Sayyid Muhammad Al Maliki dengan airmata yg bercucuran.., seraya berkata : hajat saya sudah terkabul… terkabul.., sambil menutup wajah beliau dengan linangan air mata.

Diantara Ulama yang pernah mengunjungi dan bersilaturrahmi kepada beliau antara lain, Al Habib Zein bin Ibrahim bin Semith dari Madinah, Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syatiri (Hadramaut), Al Habib Umar bin Hafidh (Hadramaut), Al Habib Anis bin Alwi Al Habsyi dari Solo dan tokoh habaib dan ulama lainnya.

Tenggelamnya sebuah Bintang
Habib Ali wafat sekitar pukul 17.10 atau 17.15 petang waktu setempat. Syed Ibrahim dan Syed Ja'far, keduanya cucu Habib Ali, dari putranya yang bemama Syed Husein, di sampingnya ketika itu. Hari wafatnya ini menjelang lima hari sebelum haul ayahandanya, Habib Ja'far bin Ahmad, yaitu pada 3 Jumadil Akhirah.

Dari saat Habib Ali wafat waktu dimandikan keesokan harinya, jenazahnya tak putus-putus dikunjungi ribuan manusia dari segala penjuru dan lapisan masyarakat, terutama dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Di antara yang hadir menyampaikan ta'ziyahnya pada saat itu adalah Syed Hamid bin Ja'far Al-Bar, mantan menteri luar negeri dan menteri dalam negeri Malaysia. Begitu juga bacaan Al-Quran, Yaasin, dan tahlil tak putus-putusnya dibacakan hingga jenazahnya usai dimandikan oleh keluarga sekitar pukul 09.30, Jum'at pagi.

Karena begitu banyaknya penta'ziyah yang datang untuk dapat menghadiri prosesi shalat Jenazah, akhirnya jenazah Habib Ali dishalatkan sebanyak dua kali. Pertama, sebagaimana wasiatnya, disolatkan di dalam rumah, yang diimami oleh Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Alaydrus, dan kedua di luar rumah, dengan imam Habib Hasan bin Muhammad bin Salim Al-Attas. Jenazahnya kemudian dimakamkan sebelum shalat Jum'at, 29 Jumadil Ula 1431 H/14 Mei 2010, di Tanah Pekuburan Islam Bukit Cermai, Batu Pahat, Johor, Malaysia. Habib Umar bin Hamid AI-Jilani dari Makkah yang membacakan talqin pada saat itu.

Habib Ali bin Ja'far Alaydrus meninggalkan seorang putri bernama Syarifah Khadijah dan tiga orang putra, yaitu Syed Muhammad, Syed Umar, dan Syed Husein. Semoga ketabahan dan ketawakalan mengiringi hati keluarga dan para pecintanya atas kepergian sosok yang amat mereka cintai dan muliakan ini.

Ulama adalah pewaris para nabi. Kepada para pewarisnya itu, Nabi SAW tidak mewariskan harta, tetapi beliau mewariskan ilmu kepada mereka, yang nilainya melebihi bilangan harta, seberapa pun besarnya. Siapa yang mengambil ilmu mereka, dia telah mengambil harta yang amat bernilai. Oleh karenanya, wafatnya seorang ulama adalah musibah yang sulit tergantikan dan satu kelemahan yang susah ditutupi. Wafatnya seorang ulama ibarat sirnanya sebuah bintang di antara gugusan bintang-bintang lainnya. Rasulullah SAW mengatakan,
   "Sesungguhnya wafatnya satu kabilah lebih ringan musibahnya dibandingkan atas wafatnya seorang yang alim." (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Bayhaqi).

Kini Habib Ali telah tiada. Dengan segala kemuliaannya, ia telah berada di sisi Sang Khaliq. Tinggal kita semua yang saat ini telah ditinggalkannya. Kita yang masih banyak bergelimang dengan dosa. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah di atas jalan hidup kita, mengampuni kita atas dosa-dosa kita, dan mengumpulkan kita kelak di surga-Nya bersama orang-orang yang kita cintai.

 Istighfar yang di ajar oleh Habib Ali

Ertinya: Aku memohon keampunan kepada Allah yang Maha Agung..Yang tiada Tuhan yang Layak disembah Melainkan Dia..Yang Hidup kekal lagi terus menerus menguruskan makhluknya..Dan Aku bertaubat kepadaNya dari segala dosa yang besar..(Yang kulakukan) zahir mahupun batin, Tersembunyi mahupun terang-terangan..Dengan sebenar-benar taubat.
dibaca 10 kali tiap pagi dan petang.

sumber : majalah alKisah no 11/Tahun VIII dan beberapa sumber lain..
[sumber..]


. .
~***~Taman Koperasi Bena, IJOK~***~
~*~ Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... ~*~