QURAN dan TerJemahan ~ PerHatikan Pesanan Allah dlm KiTabNya ini

AL QURAN

Listen to Quran
~*~*~*Al-Quran OnLine

07 January, 2010

Sirah Aurad Ahmadiah Fatani ~ Sheikh Hj Annuar Wahab

Darul Saka di Kota Kemuning ialah salah satu cawangan SGFM. Sebuah persatuan yg berdaftar. Pengasas SGFM ialah Arwah Tuan Guru Syeikh Anuar Wahab. Beliau ialah seorang Aulia Allah. DEN mengamalkan Aurad Ahmadiah Fatani mengambil Sanad dari Syeikh Anuar Wahab dari Syeikh Ramli bin Syeikh Abd Rahman dan Syeikh Rahman b Syeikh Tohir.

Anak Syeikh Ramli masih hidup...bernama Hj Abdul Rahman b Syeikh Ramli...Di Kg TITI GAJAH PENDANG KEDAH..Seorang yg terlalu merendah diri..PAKAR memulihkan santau..juga seorang AULIA.

Ketika kunjungan Hj Anuar berpuloh tahun dulu ke Rumah Hj Ramli...maka ketika itulah Aurad Ahmadiah diturunkan kepada Tuan Guru Hj Anuar dan Hj Rahman.

Lebai DIN yakni ayah kepada Ustaz Harun Din belajar dengan Syeikh Ramli b Syeikh Abd Rahman.
Masa permulaan Harun Din menulis buku rawatan asas Islam tu memang DEN tengok sendiri transkript itu yg di tunjukan oleh Hj Anuar yg diberi oleh Ustaz Harun Din untuk di semak. Masa itu DEN sedang menunggu keputusan SPM tahun 82 di Taman Mesra. Hj Anuar cakap kat DEN..Ustaz Harun Din tak keluarkan semua..Mungkin sebagai asas sahaja..Untuk Murid2 yg setia baru diajar kaedah2 perubatan yg Advance seperti perubatan kaedah tidur..mata malaikat, memecah raga dll. Malah suatu tahap belajar menyembelih ayam untuk mengenal urat2..dan pembuluh darah.

Itu belum bab duduk disejadah di Taman Mesra tahu2 hilang ke Kelantan. Tuan Guru Hj Anuar adalah Mursyid kepada 4 tarikat yg muktabar.

Antara murid2 beliau yg mengambil bahagian kerohanian ialah Mahaguru Ibrahim Mat Zin, Guru Dahlan Setia Bakti dan juga seorang yg membuka perguruan baru Selendang Merah di Johor dan ramai lagi guru silat. Mereka mengambil secara rahsia kerana mereka bertaraf guru.

Mat Kilau pula berguru kepada Syeikh Abd Rahman Tohir semasa beliau menyembunyikan diri di Siam...Maka sesuadah itu barulah penjernehan Ilmu Mat Kilau yg bercampur2 dgn serapah dan Jampi berlaku.

Maka pada penghujung 80an dan awal 90an ada pengambilan Sanad dari pendukung keilmuan Mat Kilau dari Hj Anuar kerana ada pertalian Sanad. Maka akan terdapat beberapa amalan kerohanian yg hampir sama cuma diolah mengikut kesesuaian oleh Guru. Itu semua tidak penting kerana tujuannya sama...mengesakan ALLAH Taala...


Aruah Guru berpesan agar di hidupkan amalan Aurad setiap hari secara individu dan berjemaah pula secara minguan sekali atau 2 kali...

Maka kalau ada 70 jemaah membaca Tahlil 1,000 kali so sudah cukup menjazamkan satu himpunan 70,000 kali Tahlil ( yakni Lailahaillallah ). Boleh juga kita niatkan untuk Ibu dan ayah jika kita sendiri sudah cukup nisab 70,000x...

Buek masa Ni DEN belum kasi lagi secara perseorangan kerana mengikut kaedah Guru, haruslah di baca beramai-ramai untuk memfasih dan mengambil rentak, dan juga untuk mudah DEN menafsir apa2 dapatan murid semasa bacaan Aurad.....

Sebenarnya Bacaan Aurad ini boleh dibuka kepada umum tapi faktor tempat sahaja yg menjadi masalah...Mana2 ahli keluarga patient yg datang pada malam Aurad dan ingin merasa sama berzikir secara jemaah memang DEN izinkan...

Ada kengkawan lama DEN jemput..depa tak mau datang ...biarlah depa ilmu tinggi ...Ada yg mengaku berzina ..minum arak dll..DEN kata..so what...Selagi Ada yakin ALLAH taala itu Maha Pengampun...what the hell...Begitu juga ada yg kata kurang arif mengaji...so What ? just follow...Zikir sahaja..Yg memberi faham itu ALLAH..So dont worry lebih2..yg penting seprti pesan Guru Den...Allah tidak memandang Amal Kamu yang banyak untuk Dia mengenalkan DiriNYA...

Alhamdulillah sudah 3 Salik DEN izinkan utnuk mengamalkan secara sendirian....Kalau berkembang...serta Malaysia..DEN di beri Ilham berzikir secara Live on the NET....untuk acara mingguan...tapi DEN tak pandai bab IT ni...bangang tahap Gaban. namun kalau ALLAH izinkan pasti Dia akan hantar Seseorang atau ramai yg bijaksana ke Darulsaka....

Al Fatihah untuk Guru2 ku.....

Lading_Emas

Surah Ali - Imran ayat 26)


Lading_Emas

Sirah Rasulullah SAW_29 ~ IBADAH HAJI PERPISAHAN

BAHAGIAN KEDUAPULUH SEMBILAN: IBADAH HAJI PERPISAHAN       (1/2)
Muhammad Husain Haekal
 
Muhammad dan Ahli Kitab - Kedudukannya di kalangan
orang-orang Nasrani - Keramahannya kepada mereka -
Kedudukan Muhammad di kalangan mereka - Ali b. Abi
Talib diutus ke Yaman - Muhammad menyerukan orang pergi
haji, mereka datang ke Medinah dari segenap penjuru -
Sejumlah kira-kira 100.000 berangkat ke Mekah - Manasik
haji - Khotbah Muhammad.

 
SEJAK Ali b. Abi Talib membacakan awal Surah Bara'ah kepada
orang-orang yang pergi haji, yang terdiri dari orang-orang
Islam dan musyrik, waktu Abu Bakr memimpin jemaah haji, dan
sejak ia mengumumkan kepada mereka atas perintah Muhammad
waktu mereka berkumpul di Mina, bahwa orang kafir tidak akan
masuk surga, dan sesudah tahun ini orang musyrik tidak boleh
lagi naik haji, tidak boleh lagi bertawaf di Ka'bah dengan
telanjang, dan barangsiapa terikat oleh suatu perjanjian
dengan Rasulullah s.a.w. itu tetap berlaku sampai pada
waktunya - sejak itu pula orang-orang musyrik penduduk jazirah
Arab semua yakin sudah, bahwa buat mereka tak lagi ada tempat
untuk terus hidup dalam paganisma. Dan kalau masih juga mereka
melakukan itu, ingatlah, akan pengumuman perang dari Allah dan
RasulNya. Hal ini akan berlaku buat penduduk daerah selatan
jazirah Arab, yaitu Yaman dan Hadzramaut; sebab buat daerah
Hijaz dan sekitarnya sampai ke utara mereka sudah masuk Islam
dan bernaung di bawah bendera agama baru ini. Di bagian
selatan itu sebenarnya masih terbagi antara penganut
paganisma, dengan penganut Kristen. Tetapi orang-orang pagan
ini kemudian menerima juga, seperti yang sudah kita lihat di
atas. Secara berbondong bondong mereka masuk Islam, mereka
mengirim utusan ke Medinah, dan Nabi pun menyambut mereka
dengan sangat baik sekali, yang kiranya membuat mereka lebih
gembira lagi menerima Islam. Sebagian besar mereka kembali ke
daerah kekuasaan mereka masing-masing dan ini membuat mereka
lebih cinta lagi kepada agama baru ini.
 
Mengenai Ahli Kitab yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan
Nasrani, ayat-ayat yang telah dibacakan oleh Ali dari Surah
At-Taubah demikian bunyinya:
 
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan
oleh Allah dan RasulNya, dan tidak pula beragama menurut agama
yang benar, yaitu orang-orang yang sudah mendapat Al-Kitab,
sampai mereka membayar. jizya dengan patuh dalam keadaan
tunduk."1 sampai kepada firman Tuhan:
 
"Orang-orang beriman! Banyak sekali para pendeta dan
rahib-rahib memakan harta orang dengan jalan yang batil dan
mereka merintangi orang dari jalan Allah. Dan mereka yang
menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan
Allah, beritahukanlah kepada mereka adanya siksa yang pedih.
Tatkala semuanya dipanaskan dalam api jahanam, lalu dengan itu
dahi mereka, lambung mereka dan punggung mereka dibakar.
'Inilah harta bendamu yang kamu timbun untuk dirimu sendiri.
Sebab itu, rasakan sekarang akibat apa yang kamu timbun itu."
(Qur'an, 9: 34 - 35)
 
Menghadapi ayat-ayat Surah At-Taubah sebagai wahyu penutup
dalam Quran itu, banyak ahli-ahli sejarah yang bertanya-tanya
dalam hati: apakah perintah Muhanmnmad 'a.s. mengenai Ahli
Kitab itu berbeda dengan perintahnya dulu ketika baru-baru ia
membawa ajarannya? Beberapa Orientalis lalu berpendapat bahwa
ayat-ayat ini hendak menempatkan Ahli Kitab dan orang-orang
musyrik dalam kedudukan yang hampir sama; dan bahwa Muhammad,
yang sudah berhasil mengalahkan paganisma di seluruh jazirah,
setelah meminta bantuan pihak Yahudi dan Nasrani, dengan
menyatakan pada tahun-tahun pertama risalahnya itu, bahwa ia
datang membawa agama Isa, Musa, Ibrahim dan rasul-rasul Iain
yang sudah lebih dulu, telah mengarahkan sasarannya kepada
orang-orang Yahudi, yang sudah lebih dulu menghadapinya dengan
permusuhan. Mereka tetap bersikap demikian, sampai akhirnya
mereka diusir dari jazirah. Sementara itu ia hendak mengambil
mati orang-orang Nasrani, lalu turun ayat-ayat yang memperkuat
iman mereka yang baik, sehingga datang firman Tuhan ini:
 
"Pasti akan kaudapati orang-orang yang paling keras memusuhi
mereka yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik dan pasti akan kaudapati orang-orang yang paling akrab
bersahabat dengan mereka yang beriman ialah mereka yang
berkata: 'Kami ini orang-orang Nasrani.' Sebab, diantara
mereka terdapat kaum pendeta dan rahib-rahib, dan mereka itu
tidak menyombongkan diri." (Qur'an, 5: 82)

Nah, sekarang ia mengarahkan tujuannya kepada pihak Nasrani,
sama seperti yang dulu ditujukan kepada pihak Yahudi.
Orang-orang Nasrani digolongkan kedalam mereka yang tidak
percaya kepada Tuhan dan kepada Hari Kemudian. Ia melakukan
hal itu setelah pihak Nasrani memberikan perlindungan kepada
pengikut-pengikutnya kaum Muslimin ketika mereka dulu pergi ke
Abisinia di bawah naungan rajanya yang adil, dan setelah pula
Muhammad menulis surat kepada penduduk Najran dan kaum Nasrani
lainnya dengan menjamin agama mereka dan segala upacara
keagamaan yang mereka lakukan. Lalu golongan Orientalis itu
berpendapat bahwa sikap kontradiksi dalam siasat Muhammad
inilah yang kemudian membuat permusuhan antara pihak Muslimin
dengan Nasrani itu jadi berlarut-larut, dan bahwa dia pula
yang membuat saling pendekatan antara pengikut-pengikut Yesus
dengan pengikut-pengikut Muhammad jadi tidak begitu mudah,
kalau pun tidak akan dikatakan mustahil.
 
Mengambil argumen ini secara mendatar adakalanya dapat memikat
orang bahwa itu ada juga benarnya, atau pun dapat memikat
orang sampai mempercayainya. Akan tetapi bila orang mau
mengikuti jalur sejarah mau menelitinya sehubungan dengan
masalah-masalah dan sebab-sebab turunnya ayat-ayat itu,
samasekali orang tidak perlu sangsi tentang kesatuan sikap
Islam dan sikap Muhammad terhadap agama-agama Kitab sejak dari
permulaan risalah itu sampai akhirnya. Almasih anak Mariam
ialah Hamba Allah yang diberiNya kitab, dijadikanNya ia
seorang nabi, dijadikannya ia orang yang beroleh berkah dimana
pun ia berada! diperintahkanNya ia melakukan sembahyang,
mengeluarkan zakat selama ia masih hidup. Itulah yang telah
diturunkan oleh Qu'ran sejak dari permulaan risalah sampai
akhirnya. Allah cuma Satu. Allah itu Abadi dan Mutlak. Tidak
beranak dan tidak diperanakkan, dan tiada suatu apa pun yang
meyerupaiNya. Itulah jiwa dan dasar Islam sejak dari langkah
pertama, dan itu pula jiwa Islam selama dunia ini berkembang.
 
Orang-orang Nasrani Najran pernah mendatangi Nabi hendak
mengajaknya berdebat tentang Tuhan dan tentang kenabian Isa
terhadap Tuhan jauh sebelum Surah At-Taubah ini turun. Mereka
bertanya kepada Muhammad:
 
"Ibu Isa itu Mariam; lalu siapa bapanya?"
 
Untuk itu datang firman Allah:
 
"Hal seperti terhadap Adam; dijadikanNya ia dari tanah lalu
dikatakan: 'jadilah,' maka jadilah ia. Kebenaran itu datangnya
hanya dari Tuhan. Jangan kau jadi orang yang sangsi.
Barangsiapa mengajak engkau berdebat tentang Dia setelah
engkau mendapat pengetahuan, katakanlah: 'Marilah kita panggil
anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan
wanita-wanita kamu, diri kami sendiri dan diri kamu; kemudian
kita berdoa supaya laknat Tuhan itu ditimpakan kepada yang
berdusta.' Inilah kisah kisah sebenarnya: tiada tuhan selain
Allah. Dan Allah sungguh Maha Kuasa dan Bijaksana. Kalau pun
mereka menyimpang juga, Tuhan jua yang mengetahui mereka yang
berbuat bencana. Katakanlah: 'Orang-orang Ahli Kitab! Marilah
kita menerima suatu istilah yang sama antara kami dengan kamu;
bahwa tak ada yang akan kita sembah selain Allah, dan bahwa
kita takkan mempersekutukanNya dengan apa pun, dan tidak pula
antara kita akan saling mempertuhan satu sama lain, selain
daripada Allah.' Tetapi kalau mereka menyimpang juga,
katakanlah: 'Saksikanlah, bahwa kami ini orang-orang
Muslimin." (Qur'an, 3: 59 - 64)
 
Percakapan dalam surah ini, Surah Keluarga 'Imran dengan gaya
bahasa yang luarbiasa, ditujukan kepada Ahli Kitab, menegur
mereka mengapa mereka merintangi orang beriman dari jalan
Allah dan mengapa mereka mengingkari ayat-ayat yang datang
dari Tuhan, padahal ayat-ayat itu juga yang dibawa oleh Isa,
oleh Musa, oleh Ibrahim, sebelum kata-kata itu diubah-ubah dan
sebelum diartikan menurut kehendak nafsu sendiri disesuaikan
dengan kehidupan duniawi dengan kesenangan yang penuh tipu
daya. Banyak lagi surah-surah lain, yang dalam kata-katanya
ditujukan seperti yang terdapat dalam surah Keluarga 'Imran
itu. Dalam Surah al-Ma'idah (5) Tuhan berfirman:
 
"Sebenarnya mereka telah melakukan penyhinaan (terhadap
Tuhan), mereka yang mengatakan, bahwa Allah satu dari tiga
dalam trinitas. Tak ada tuhan kecuali Tuhan Yang Satu. Apabila
tidak mau juga mereka berhenti (menghina Tuhan), pasti mereka
yang telah merendahkan (Tuhan) itu akan dijatuhi siksaan yang
amat pedih. Tidakkah mereka mau bertaubat kepada Tuhan dan
meminta ampun. Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Sebenarnya
Almasih putera Mariam itu hanya seorang rasul, dan ibunya
adalah wanita yang tulus dan jujur, keduanya memakan makanan.
Perhatikanlah, betapa Kami menjelaskan ayat-ayat itu kepada
mereka, lalu perhatikanlah, bagaimana mereka sampai
dipalingkan?" (Qur'an,5:73 - 75)
 
Kemudian dalam Surah al-Ma'idah itu juga Tuhan berfirman:
 
"Dan ingat ketika Allah berkata: 'Hai Isa anak Mariam!
engkaukah yang mengatakan kepada orang: Allah mengangkatku dan
ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?' Ia menjawab: 'Maha Suci
Engkau, tidak akan aku mengatakan yang bukan menjadi hakku.
Kalau pun aku mengatakannya, tentu Engkau sudah mengetahuinya.
Engkau mengetahui apa yang ada dalam hatiku, tapi aku tidak
mengetahui apa yang ada didalam DiriMu." (Qur'an, 5: 116)
 
sampai pada ayat-ayat selanjutnya seperti sudah kita nukilkan
dalam pengantar buku ini. Salah satu ayat dalam Surah
al-Ma'idah inilah yang oleh penulis-penulis sejarah Kristen
dipersoalkan dan dijadikannya alasan tentang perkembangan
sikap Muhammad terhadap mereka sesuai dengan perkembangan
politiknya, yaitu ketika Tuhan berfirman:
 
"Pasti akan kau dapati orang-orang yang paling keras memusuhi
mereka yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik; dan pasti akan kaudapati orang-orang yang paling
akrab bersahabat dengan mereka yang beriman ialah mereka yang
berkata: 'Kami ini orang-orang Nasrani.' Sebab, diantara
mereka terdapat kaum pendeta dan rahib-rahib, dan mereka itu
tidak menyombongkan diri." (Qur'an, 5: 82)
 
Sebaliknya, ayat-ayat yang terdapat dalam Surah Bara'ah (9)
yang juga bicara tentang Ahli Kitab sekali-kali tidak
membicarakan kepercayaan mereka mengenai Almasih anak Mariam
itu. Ayat-ayat itu bicara tentang kelakukan mereka
mempersekutukan Tuhan, makan harta orang secara tidak sah
serta menimbun emas dan perak. Sedang menurut Islam Ahli Kitab
itu sudah keluar dari rel agama Isa, mereka menghalalkan apa
yang dilarang oleh Tuhan dan melakukan perbuatan orang yang
tidak beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian. Tetapi sungguh
pun demikian - lepas dari semua itu - keimanan mereka kepada
Tuhan sudah menjadi jembatan buat mereka untuk tidak
dipersamakan dengan orang-orang pagan. Buat mereka yang masih
gigih mau menjadikan Tuhan satu dari tiga dalam trinitas dan
mau menghalalkan apa yang dilarang Tuhan, cukup dengan
membayar jizya dengan taat dan patuh.

Seruan yang telah disampaikan oleh Ali tatkala Abu Bakr
memimpin jamaah haji itu merupakan puncak dari masuknya
penduduk jazirah bagian selatan kedalam Islam secara
berbondong-bondong. Utusan-utusan itu secara berturut-turut
telah datang ke Medinah seperti sudah kita sebutkan -
diantaranya perutusan dari orang-orang musyrik dan dari Ahli
Kitab. Nabi memberi hormat secukupnya kepada setiap utusan
yang datang dan para amir itu dikembalikan ke daerah kekuasaan
mereka dengan cara terhormat sekali. Hal ini sudah kita
sebutkan dalam bagian yang lalu. Asy'ath b. Qais dengan
memimpin 80 orang dari Kinda dengan berkendaraan, mereka
datang kepada Nabi dalam mesjid, dengan berhias rambut,
bercelak mata, mengenakan jubah yang indah-indah dan
berselempang sutera. Begitu melihat mereka, Nabi berkata:
 
"Bukankah kamu sudah menjadi Islam?"
 
"Ya," jawab mereka.
 
"Buat apa kamu mengenakan sutera ini di leher?" kata Nabi
lagi.
 
Mereka lalu melepaskan sutera itu.
 
"Rasulullah," kata Asy'ath kemudian, "kami dari Keluarga
Akil'l-Murar2 dan tuan juga dari keturunan Akil'l-Murar."
 
Mendengar itu Nabi tersenyum. Ia teringat pada 'Abbas bin
'Abd'l-Muttalib dan Rabi'a bin'l-Harith
 
Bersama dengan Asy'ath itu juga datang Wa'il b. Hujr al-Kindi,
seorang amir dari daerah pantai di Hadzramaut. Ia kemudian
masuk Islam. Nabi mengakui daerah kekuasaannya itu dan
dimintanya ia memungut 'usyr dari penduduk untuk diserahkan
kepada pemungut-pemungut pajak yang sudah ditunjuk oleh Rasul.
Dalam hal ini Nabi menugaskan Mu'awiya b. Abi Sufyan menemani
Wa'il ke negerinya. Tetapi Wa'il tidak mau sekendaraan dengan
dia dan tidak pula mau memberikan kepadanya alas kaki. Sekedar
dapat menahan panasnya musim, cukup dengan membiarkan dia
berjalan di bawah naungan untanya. Meskipun ini bertentangan
dengan ajaran Islam yang mengajarkan persamaan antara sesama
kaum Muslimin dan semua orang Islam bersaudara, namun Mu'awiya
menerimanya juga demi menjaga Islamnya Wa'il dan golongannya.

Setelah Islam tersiar di kawasan Yaman, Nabi mengutus Mu'adh
(b. Jabal) ke daerah itu untuk memberikan pelajaran kepada
penduduk serta untuk memperdalam hukum Islam, dengan pesan:
"Permudahlah dan jangan dipersulit. Gembirakan dan jangan
ditakut-takuti. Engkau akan bertemu dengan golongan Ahli Kitab
yang akan bertanya kepadamu: 'Apa kunci surga?' Maka jawablah:
'Suatu kesaksian, bahwa tak ada tuhan selain Allah Yang tiada
bersekutu."
 
Mu'adh pun berangkat, disertai beberapa orang dari kalangan
Muslimin yang mula-mula dan yang bertugas mengurus 'usyr,
serta memberikan pelajaran dan menjalankan hukum sesuai dengan
perintah Tuhan dan Rasul.
 
Dengan tersebarnya Islam di seluruh kawasan jazirah itu - dari
timur sampai ke barat, dari utara sampai ke selatan - maka
seluruh lingkungan itu telah menjadi satu di bawah satu panji,
yaitu panji Muhammad Rasulullah s.a.w. dan berada dalam satu
agama yaitu Islam, jantung mereka pun hanya satu pula arahnya,
yaitu menyembah Allah Yang Tunggal tiada bersekutu.

Sebelum duapuluh tahun yang lalu, kabilah-kabilah itu saling
bermusuhan, satu sama lain serang menyerang dalam peperangan,
setiap ada kesempatan. Tetapi dengan penggabungan mereka
dibawah panji Islam ini; mereka telah menjadi bersih dari
segala noda paganisma, mereka hidup tenteram dibawah
undang-undang Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian
permusuhan di kalangan penduduk itu sudah tak ada lagi. Perang
dan permusuhan sudah tidak punya tempat. Sudah tak ada lagi
orang yang akan menghunus pedang, kecuali jika hendak
mempertahankan tanah air, membela agama Allah dari serangan
pihak lain.

Akan tetapi masih ada sekelompok orang-orang Nasrani Najran
yang masih berpegang pada agama mereka, yang berbeda dengan
sebagian besar masyarakat mereka sendiri, yaitu Banu Harith
yang sudah lebih dahulu masuk Islam. Kepada mereka ini Nabi
mengutus Khalid bin'l-Walid mengajak mereka menganut Islam
supaya terhindar dari serbuannya. Tetapi begitu diserukan
mereka sudah mau masuk Islam. Khalid kemudian mengirim utusan
dari kalangan mereka sendiri ke Medinah supaya menemui Nabi,
yang kemudian disambutnya dengan ramah dan akrab sekali.
Disamping itu ada lagi sekelompok masyarakat Yaman yang masih
merasa enggan sekali tunduk di bawah panji Islam, sebab Islam
lahir di Hijaz, sedang biasanya Yaman yang menyerbu Hijaz.
Sebaliknya, sebelum itu Hijaz tidak yernah menyerang Yaman.

Kepada mereka ini Nabi mengutus Ali b. Abi Talib dengan tugas
mengajak mereka ke dalam Islam. Juga pada mulanya mereka
sangat congkak sekali. Menyambut ajakan Ali dengan
menyerangnya. Akan tetapi Ali - dengan usianya yang masih
begitu muda dan hanya membawa tiga ratus orang - sudah dapat
membuat mereka cerai-berai. Pihak penyerang yang sudah dipukul
mundur itu kembali menyusun lagi barisannya. Akan tetapi Ali
segera mengepung mereka sehingga timbul panik dalam barisan
mereka itu. Tak ada jalan lain mereka harus menyerah. Dengan
demikian kemudian mereka masuk Islam dan menjadi orang Islam
yang baik. Semua pelajaran yang diberikan oleh Mu'adh dan
sahabat-sahabatnya mereka dengarkan baik-baik. Utusan mereka
ini merupakan utusan terakhir yang diterima Nabi di Medinah
sebelum Nabi berpulang ke rahmatullah.

Sementara Ali sedang bersiap-siap kembali ke Mekah, Nabi pun
sedang dalam persiapan pula hendak menunaikan ibadah haji, dan
dimintanya orang juga bersiap-siap. Bulan berganti bulan dan
bulan Zulkaedah pun sudah pula hampir lalu. Nabi belum lagi
melakukan ibadah haji akbar meskipun sebelum itu sudah dua
kali mengadakan 'umrah dengan melakukan ibadah haji ashghar.3
 
(bersambung ke bagian 2/2)
Dalam ibadah haji ada suatu manasik (upacara) yang  dalam  hal
ini Nabi 'a.s. adalah contoh bagi umat Islam. Begitu orang
mengetahui benar Nabi telah menetapkan akan pergi haji dan
mengajak mereka ikut serta, tersiarlah ajakan itu ke segenap
penjuru semenanjung. Beribu-ribu orang datang ke Medinah dari
segenap penjuru: dari kota-kota dan dari pedalaman, dari
gunung-gunung dan dari sahara, dari semua pelosok tanah Arab
yang membentang luas, yang sekarang sudah bersinar dengan
cahaya Tuhan dan cahaya Nabi yang mulia itu. Di sekitar kota
Medinah sudah pula dipasang kemah-kemah untuk seratus ribu
orang atau lebih, yang datang memenuhi seruan Nabi, Rasulullah
s.a.w. Mereka datang sebagai saudara untuk saling
kenal-mengenal, mereka dipertalikan semua oleh rasa
kasih-sayang, oleh keikhlasan hati dan oleh ukhuah islamiah,
yang dalam tahun-tahun sebelum itu mereka saling bermusuhan.
Manusia yang berjumlah ribuan itu kini sedang melihat-lihat
kota, masing-masing dengan bibir tersenyum, dengan wajah yang
cerah dan berseri-seri. Berkumpulnya mereka itu menggambarkan
adanya suatu kebenaran yang telah mendapat kemenangan, Nur
Ilahi telah tersebar luas, yang membuat mereka semua teguh
bersatu seperti sebuah bangunan yang kukuh.

Pada 25 Zulkaedah tahun kesepuluh Hijrah Nabi berangkat dengan
membawa semua isterinya, masing-masing dalam hodahnya. Ia
berangkat dengan diikuti jumlah manusia yang begitu melimpah -
penulis-penulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan
ada pula yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat
dibawa oleh iman, jantung mereka penuh kegembiraan, penuh
keikhlasan, menuju ke Baitullah yang suci. Mereka hendak
menunaikan kewajiban ibadah haji besar.

Bilamana mereka sampai di Dhu'l-Hulaifa, mereka berhenti dan
tinggal selama satu malam di sana. Keesokan harinya, bila Nabi
sudah mengenakan pakaian ihram kaum Muslimin yang lain juga
memakai pakaian ihram. Mereka semua masing-masing mengenakan
kain selubung bagian bawah dan atas. Mereka berjalan semua
dengan pakaian yang sama, yaitu pakaian yang sangat sederhana.
Dengan demikian mereka telah melaksanakan suatu persamaan
dalam arti yang sangat jelas.
 
Dengan seluruh kalbu Muhammad telah menghadapkan diri kepada
Tuhan dengan mengucapkan talbiah yang diikuti pula oleh kaum
Muslimin dari belakang: "Labbaika Allahumma labbaika, labbaika
la syarika laka labbaika. Alhamdu lillah wan-ni'matu
wa'sy-syukru laka labbaika. Labbaika la syarika laka
labbaika." ("Kupenuhi panggilanMu, ya Allah, kupenuhi
panggilanMu. Kupenuhi panggilanMu. Tiada bersekutu Engkau.
Kupenuhi panggilanMu. Puji, nikmat dan syukur kepunyaanMu.
Kupenuhi panggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada bersekutu
Engkau. Kupenuhi panggilanMu.")
 
Lembah-lembah dan padang sahara bersahut-sahutan menyambut
seruan ini, semua turut berseru dengan penuh iman. Ribuan, ya
puluhan ribu kafilah itu menyusuri jalan antara
Madinat'r-Rasul dengan Kota Mesjid Suci. Ia berhenti pada
setiap mesjid, menunaikan kewajiban sambil menyerukan talbiah,
sebagai tanda taat dan syukur atas nikmat Allah. Dengan penuh
kesabaran ia menantikan saat ibadah haji akbar itu tiba.
Dengan hati rindu, dengan jantung berdetak penuh cinta akan
Baitullah. Padang-padang pasir seluruh jazirah, gunung-gunung,
lembah-lembah dan padang tanaman yang segar menghijau,
terkejut mendengarnya, dengan kumandangnya yang
bersahut-sahutan; suatu hal yang belum pernah dikenal, sebelum
Nabi yang ummi ini, Rasul dan Hamba Allah ini datang
memberkahinya.

Tatkala rombongan itu sampai di Sarif - suatu tempat antara
jalan Mekah dengan Medinah - Muhammad berkata kepada
sahabat-sahabatnya:
 
"Barangsiapa diantara kamu tidak membawa binatang kurban dan
ingin menjadikan (ihram) ini sebagai umrah, lakukanlah; tetapi
yang membawa binatang kurban jangan."
 
Bilamana jamaah haji sudah sampai di Mekah pada hari keempat
Zulhijjah, Nabi cepat-cepat menuju Ka'bah diikuti oleh kaum
Muslimin yang lain. Kemudian ia menyentuh hajar aswad dan
menciumnya, lalu bertawaf di Ka'bah sebanyak tujuh kali dan
pada tiga kali yang pertama ia berlari-lari seperti yang
dilakukan pada waktu 'umrat'l-qadza'. Setelah melakukan salat
di Maqam Ibrahim ia kembali dan sekali lagi mencium hajar
aswad. Kemudian ia keluar dari mesjid itu menuju ke sebuah
bukit di Shafa, lalu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwa.
Selanjutnya Muhammad berseru supaya barangsiapa tidak membawa
ternak kurban untuk disembelih, jangan terus mengenakan
pakaian ihram. Ada beberapa orang yang masih ragu-ragu. Atas
sikap yang masih ragu-ragu ini Nabi marah sekali seraya
katanya
 
"Apa yang kuperintahkan, lakukanlah."
 
Dalam keadaan masih gusar itu Nabi memasuki kubahnya, sehingga
Aisyah bertanya:
 
"Kenapa jadi marah?"
 
"Bagaimana takkan marah, aku memerintahkan sesuatu tidak
dijalankan."
 
Ketika ada salah seorang sahabat menemuinya ia masih dalam
keadaan marah.
 
"Rasulullah," katanya, "orang yang membuat tuan jadi marah
akan masuk neraka."
 
Ketika itu Rasul menjawab:
 
"Tidak kau ketahui, bahwa aku memerintahkan sesuatu kepada
mereka tapi mereka masih ragu-ragu? Jika aku menghadapi
tugasku, aku takkan pernah mundur! Aku tidak membawa ternak
kurban itu kemari sebelum aku membelinya. Sesudah itu aku
melepaskan ihram seperti mereka juga," demikian Muslim
melaporkan.
 
Setelah kaum Muslimin mengetahui, bahwa Rasulullah sampai
marah, ribuan mereka segera melepaskan pakaian ihramnya dengan
perasaan menyesal sekali. Juga isteri-isteri Nabi, Fatimah
puterinya seperti yang lain juga melepaskan pakaian ihramnya.
Yang masih mengenakan ihram hanya mereka yang membawa ternak
kurban.

Sementara kaum Muslimin sedang menunaikan ibadah haji, Ali
pun kembali dari ekspedisinya ke Yaman. Ia sudah mengenakan
pula pakaian ihram sebagai persiapan pergi haji setelah
diketahuinya bahwa Rasulullah memimpin jamaah berhaji. Ketika
ia menemui Fatimah dan dilihatnya sudah melepaskan kain ihram,
hal itu ditanyakannya. Fatimah menerangkan bahwa Nabi
menmerintahkan mereka supaya melepaskan ihram itu waktu umrah.
Ia pun segera pergi menemui Nabi, hendak melaporkan hasil
perjalanannya ke Yaman. Selesai laporan itu Nabi berkata:
 
"Pergilah bertawaf di Ka'bah kemudian lepaskan ihrammu seperti
teman-temanmu yang lain."
 
"Rasulullah"' kata Ali, "saya sudah mengucapkah ihlal seperti
yang tuan ucapkan."4
 
"Kembalilah dan lepaskan ihrammu seperti dilakukan
teman-temanmu yang lain," kata Nabi lagi.
 
"Rasulullah," demikian Ali berkata, "ketika saya mengenakan
ihram, saya sudah berkata begini: Allahumma Ya Allah, saya
berihlal seperti yang dilakukan oleh NabiMu, HambaMu dan
RasulMu Muhammad."
 
Nabi bertanya, kalau-kalau dia sudah mempunyai binatang
kurban. Setelah oleh Ali dijawab tidak, Muhammad membagikan
binatang kurban yang dibawanya itu kepada Ali. Dengan demikian
Ali tetap mengenakan ihram dan melakukan manasik haji akbar
sampai selesai.

Pada hari kedelapan Zulhijjah, yaitu Hari Tarwia, Muhammad
pergi ke Mina. Selama sehari itu sambil melakukan kewajiban
salat ia tinggal dalam kemahnya itu. Begitu juga malamnya,
sampai pada waktu fajar menyingsing pada hari haji. Selesai
salat subuh, dengan menunggang untanya al-Qashwa' tatkala
matahari mulai tersembul ia menuju arah ke gunung 'Arafat.
Arus-manusia dari belakang mengikutinya. Bilamana ia sudah
mendaki gunung itu dengan dikelilingi oleh ribuan kaum
Muslimin yang mengikuti perjalanannya - ada yang mengucapkan
talbiah, ada yang bertakbir, sambil ia mendengarkan mereka
itu, dan membiarkan mereka masing-masing.
 
Di Namira, sebuah desa sebelah timur 'Arafat, telah pula
dipasang sebuah kemah buat Nabi, atas permintaannya. Bila
matahari sudah tergelincir, dimintanya untanya al-Qashwa, dan
ia berangkat lagi sampai di perut wadi di bilangan 'Urana. Di
tempat itulah manusia dipanggilnya, sambil ia masih di atas
unta, dengan suara lantang; tapi sungguhpun begitu masih
diulang oleh Rabi'a b. Umayya b. Khalaf. Setelah mengucapkan
syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak
kalimat ia berkata, "Wahai manusia sekalian!5 perhatikanlah
kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun
ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu
dengan kamu sekalian.
 
"Saudara-saudara!5 Bahwasanya darah kamu dan harta-benda kamu
sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini
yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap
Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu
kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya,
aku sudah menyampaikan ini!
 
"Barangsiapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu
kepada yang berhak menerimanya.
 
"Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak
menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat aniaya
terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah
telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa
riba 'Abbas b. 'Abd'l-Muttalib semua sudah tidak berlaku.
 
"Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku
lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah
darah Ibn Rabi'a bin'l Harith b. 'Abd'l-Muttalib!
 
"Kemudian daripada itu saudara-saudara.5 Hari ini nafsu setan
yang minta disembah di negeri ini sudah putus buat
selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walau pun
dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan
segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh
karena itu peliharalah agamamu ini baik-baik.
 
"Saudara-saudara.5 Menunda-nunda berlakunya larangan bulan
suci berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu orang-orang
kafir itu tersesat. Pada satu tahun mereka langgar dan pada
tahun lain mereka sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah
yang sudah disucikan Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan apa
yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana yang sudah
dihalalkan.
 
"Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi
ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan,
empat bulan di antaranya ialah bulan suci, tiga bulan
berturut-turut dan bulan Rajab itu antara bulan Jumadilakhir
dan Sya'ban.
 
"Kemudian daripada itu, saudara-saudara.5 Sebagaimana kamu
mempunyai hak atas isteri kamu, juga isterimu sama mempunyai
hak atas kamu. Hak kamu-atas mereka ialah untuk tidak
mengijinkan orang yang tidak kamu sukai menginjakkan kaki ke
atas lantaimu, dan jangan sampai mereka secara jelas membawa
perbuatan keji. Kalau sampai mereka melakukan semua itu Tuhan
mengijinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh
memukul mereka dengan suatu pukulan yang tidak sampai
mengganggu. Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka
kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka
dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap isteri kamu,
mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak memiliki
sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka sebagai
amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu
dengan nama Tuhan.
 
"Perhatikanlah kata-kataku ini, saudara-saudara5 Aku sudah
menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan
ditangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat
selama-lamanya - Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
 
"Wahai Manusia sekalian!5 Dengarkan kata-kataku ini dan
perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim adalah
saudara buat Muslim yang lain, dan kaum Muslimin semua
bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan (mengambil
sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati
diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.
 
"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?"
 
Sementara Nabi mengucapkan itu Rabi'a mengulanginya kalimat
demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu
menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia
supaya menanyai mereka misalnya: Rasulullah bertanya "hari
apakah ini? Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya
lagi: "Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh
Tuhan disucikan, seperti hari ini yang suci, sampai datang
masanya kamu sekalian bertemu Tuhan."
 
Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu ia berkata lagi:
 
"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?!"
 
Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: "Ya!"
 
Lalu katanya:
 
"Ya Allah, saksikanlah ini!"
 
Selesai Nabi mengucapkan pidato ia turun dari al-Qashwa' -
untanya itu. Ia masih di tempat itu juga sampai pada waktu
sembahyang lohor dan asar. Kemudian menaiki kembali untanya
menuju Shakharat. Pada waktu itulah Nahi a.s. membacakan
firman Tuhan ini kepada mereka:
 
"Hari inilah Kusempurnakan agamamu ini untuk kamu sekalian
dengan Kucukupkan NikmatKu kepada kamu, dan yang Kusukai Islam
inilah menjadi agama kamu." (Qur'an, 5: 3)
 
Abu Bakr ketika mendengarkan ayat itu ia menangis, ia merasa,
bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya
Nabi hendak menghadap Tuhan.
 
Setelah meninggalkan Arafat malam itu Nabi bermalam di
Muzdalifa. Pagi-pagi ia bangun dan turun ke Masy'ar'l-Haram.
Kemudian ia pergi ke Mina dan dalam perjalanan itu ia
melemparkan batu-batu kerikil. Bila sudah sampai di kemah ia
menyembelih 63 ekor unta, setiap seekor unta untuk satu tahun
umurnya, dan yang selebihnya dari jumlah seratus ekor unta
kurban yang dibawa Nabi sewaktu keluar dari Medinah -
disembelih oleh Ali. Kemudian Nabi mencukur rambut dan
menyelesaikan ibadah hajinya.
 
Dengan selesainya ibadah haji ini, ada orang yang menamakannya
'Ibadah haji perpisahan' yang lain menyebutkan 'ibadah haji
penyampaian' ada lagi yang mengatakan 'ibadah haji Islam.'6
Nama-nama itu memang benar semua. Disebut 'ibadah haji
perpisahan' karena ini yang penghabisan kali Muhammad melihat
Mekah dan Ka'bah. Dengan 'ibadah haji Islam,' karena Tuhan
telah menyempurnakan agama ini kepada umat manusia dan
mencukupkan pula nikmatNya. 'Ibadah haji penyampaian' berarti
Nabi telah menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah
diperintahkan Tuhan kepadanya. Tiada lain Muhammad hanya
memberi peringatan dan pembawa berita gembira kepada
orang-orang beriman.
 
Catatan kaki:
 
1 Qur'an, 9: 29.

2 Akil'l-Murar nama suatu kabilah dan sebutan ini
menandakan keturunan amir-amir yang sangat dibanggakan
(A).

3 Lihat catatan bawah halaman 580 (A).

4 Aslinya 'Innani ahlaltu kama ahlalta,' harfiah, Aku
sudah ber-ihlal seperti tuan ber-ihlal: Dalam
terminologi agama 'Ihlal, meninggikan suara dengan
talbiah' (N). 'Ahalla, ihlal berarti meninggikan suara
dengan talbiah di waktu haji atau umrah secara
berulangulang' (LA) yang biasa dilakukan di miqat atau
muhall, yaitu tempat yang telah ditentukan untuk
memulai niat haji (A).

5 Aslinya Ayyuhan-nas, harfiah: "Wahai manusia!" (A).

6 Yakni 'Hijjat'l-Wada', 'hijjat'l-balagh' dan
'hijjat'l-Islam , (A).

 
---------------------------------------------




Lading_Emas

Sirah Rasulullah SAW_28 ~ TAHUN PERUTUSAN

BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (1/3)
Muhammad Husain Haekal
 
Orang-orang Arab ramai-ramai masuk Islam - Islamnya 'Urwa
b. Mas'ud dan perlawanan penduduk Ta'if - Kabilah-kabilah
menguasai jalan Thaqif - Perutusannya kepada Nabi dan
syarat-syaratnya - Islamnya perutusan dan Islamnya Ta'if
serta runtuhnya berhala Lat - Abu Bakr memimpin jemaah
haji - Ali b. Abi Talib menyusul - Surah Bara'ah - Dasar
ideal negara Islam - Perjuangan dalam Islam dan
alasannya.

 
DENGAN berakhirnya ekspedisi ke Tabuk itu maka ajaran Islam
sudah selesai tersebar ke seluruh jazirah Arab. Muhammad sudah
aman dari setiap serangan yang datang dari luar. Sebenarnya,
begitu Muhammad kembali ke Medinah dari perjalanan ekspedisi
itu, semua penduduk jazirah yang masih berpegang pada
kepercayaan syirik, sekarang sudah mulai berpikir-pikir.
Meskipun kaum Muslimin yang telah ikut menemani Muhammad dalam
perjalanan ke Syam itu cukup mengalami pelbagai macam
kesukaran, memikul segala penderitaan karena haus dan panas
musim yang begitu membakar, namun mereka kembali dengan hati
kesal, sebab mereka tidak jadi berperang, tidak membawa
rampasan perang, karena pihak Rumawi menarik pasukannya hendak
bertahan dalam benteng-benteng di pedalaman Syam. Akan tetapi
penarikan mundur ini sebenarnya telah meninggalkan kesan yang
dalam sekali dalam hati kabilah-kabilah bagian selatan - di
Yaman, Hadzramaut dan 'Umman (Oman). Bukankah pasukan Rumawi
itu juga yang telah mengalahkan Persia, telah mengambil
kembali Salib Besar, kemudian membawanya kembali ke Yerusalem
dalam suatu upacara besar-besaran? Sedang Persia, waktu itu
dalam waktu yang cukup lama merupakan penguasa yang perkasa
atas wilayah Yaman dan daerah-daerah sekitarnya itu.
 
Selama kaum Muslimin berada tidak jauh dari Yaman dan
daerah-daerah Arab lainnya, bukankah sudah selayaknya apabila
seluruh wilayah ini bergabung semua dalam suatu kesatuan di
bawah naungan panji Muhammad, panji Islam, supaya mereka dapat
diselamatkan dari kekuasaan pihak Rumawi dan Persia? Apa
salahnya kalau kepala-kepala kabilah dan daerah itu berbuat
begitu, selama mereka memang membuktikan Muhammad tetap
mengakui kekuasaan daerah-daerah dan kabilah-kabilah mereka
yang datang menyatakan keislaman dan kesetiaan mereka itu?!
Ya, hendaknya tahun kesepuluh Hijrah ini memang menjadi Tahun
Perutusan, manusia datang berbondong-bondong menyambut agama
Allah. Hendaknya ekspedisi Tabuk dan penarikan mundur pasukan
Rumawi menghadapi pihak Muslimin itu akan memberi pengaruh
lebih besar daripada pembebasan Mekah, kemenangan Hunain dan
pengepungan kota Ta'if selama ini.
 
Nasib baik yang telah membawa Ta'if -- kota yang tadinya
paling gigih melawan Nabi selama kota itu dalam pengepungan
sehingga akhirnya ditinggalkan kaum Muslimin tanpa dapat
diterobos - ialah karena sesudah peristiwa Tabuk, kota inilah
yang pertama-tama menyatakan kesetiaannya, meskipun sebelum
itu lama sekali ia maju-mundur hendak mengumumkan pernyataan
setianya itu.

Setelah kejadian Hunain, selama Nabi memimpin ekspedisi ke
Ta'if, 'Urwa b. Mas'ud - salah seorang pemimpin Thaqif yang
tinggal di kota tcrsebut - sedang tak ada di tempat. Ia sedang
pergi ke Yaman. Bilamana kemudian ia kembali ke daerahnya dan
melihat Nabi mendapat kemenangan di Tabuk dan sudah kembali ke
Medinah, ia pun segera menyatakan dirinya masuk Islam serta
memperlihatkan betapa besar hasratnya ingin mengajak
masyarakatnya juga masuk Islam 'Urwa bukan tidak mengenal
Muhammad dan kebesarannya. Dia termasuk salah seorang yang
pernah ikut berunding mewakili Quraisy dalam perdamaian
Hudaibiya. Setelah 'Urwa masuk Islam dan Nabi mengetahui
hasratnya hendak pergi mengajak golongannya menerima agama ini
yang sudah juga dianutnya, Nabi yang sudah pula mengetahui
betapa bangga dan kerasnya fanatik orang-orang Thaqif itu
terhadap Lat berhala mereka, diingatkannya 'Urwa dengan
katanya: "Mereka akan membunuh engkau."
 
Tetapi 'Urwa yang merasa kedudukannya cukup kuat di
tengah-tengah golongannya itu sebaliknya berkata:
 
"Rasulullah, mereka mencintai saya lebih daripada mencintai
mata mereka sendiri."

Kemudian 'Urwa pergi hendak mengajak golongannya itu menganut
Islam. Mereka berunding sesama mereka dan tidak memberikan
sesuatu pendapat kepadanya. Keesokan harinya pagi-pagi ia
pergi ke ruangan atas rumahnya, ia mengajak orang
bersembahyang. Tepat sekalilah firasat Rasulullah waktu itu.
Masyarakatnya itu sudah tak dapat menahan hati. Ia dikepung
lalu dihujani panah dari segenap penjuru, dan sebatang anak
panah telah dapat pula menewaskannya. Keluarga 'Urwa yang
berada di sekelilingnya jadi gelisah. Kata 'Urwa ketika sedang
mengembuskan napas terakhir:
 
"Suatu kehormatan telah diberikan Tuhan kepadaku, suatu
kesaksian oleh Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami
ini sama seperti yang dialami para syuhada yang berjuang di
samping Rasulullah - s.a.w. - sebelum meninggalkan kita."
 
Kemudian dimintanya supaya ia dikuburkan bersama-sama para
syuhada. Oleh keluarganya ia pun dikuburkan bersama-sama
mereka.
 
Tetapi nyatanya darah 'Urwa tidak sia-sia mengalir.
Kabilah-kabilah yang berada di sekitar Ta'if semuanya sudah
masuk Islam. Disini mereka menyadari bahwa apa yang telah
diperbuat Thaqif terhadap pemimpin itu adalah suatu dosa
besar. Akibat perbuatan itu Thaqif menyadari juga, bahwa
mereka merasa tidak tenang. Setiap ada orang keluar dari
kalangan mereka pasti tertangkap. Sekarang mereka yakin, bahwa
bila tidak diadakan suatu perdamaian atau semacam gencatan
senjata, pasti nasib mereka akan hilang tak ada artinya.
Segera mereka mengadakan perundingan dengan sesama mereka.
Mereka mengusulkan kepada pemimpin mereka ['Abd Yalail] supaya
ia berangkat menemui Nabi dan mengusulkan suatu perdamaian
Thaqif.
 
Akan tetapi 'Abd Yalail kuatir akan mengalami nasib seperti
yang dialami 'Urwa b. Mas'ud dari masyarakatnya sendiri. Ia
tidak akan berangkat menemui Muhammad kalau tidak diantar oleh
lima orang lainnya, dengan keyakinan bahwa kalau ia berangkat
dengan mereka lalu kembali pulang, mereka akan dapat menggarap
golongannya masing-masing.
 
Ketika sudah mendekati Medinah dan Mughira b. Syu'ba berjumpa
dengan mereka, ia pergi cepat-cepat hendak menyampaikan berita
kedatangan mereka itu kepada Nabi. Abu Bakr juga melihatnya ia
sedang berjalan ccpat-cepat itu. Setelah ia mengetahui maksud
kedatangan mereka dari Mughira, dimintanya biarlah dia yang
akan meneruskan berita gembira itu kepada Rasulullah. Dan Abu
Bakr pun masuk menyampaikan berita kedatangan perutusan Thaqif
itu kepada Nabi.
 
Tetapi sebenarnya perutusan ini masih juga mau membanggakan
golongannya. Mereka masih juga mau mengingat-ingat pengepungan
Nabi di Ta'if yang kemudian kembali. Kendatipun Mughira sudah
memberitahukan mereka bagaimana caranya memberi salam secara
Islam kepada Nabi, namun mereka tidak mau juga dan akan
memberi salam hanya dengan cara jahiliah itu juga.

Kemudian mereka memasang sebuah qubba - kemah bulat1 yang khas
di sebelah mesjid. Mereka memasang kemah itu sebab mereka
masih sangat berhati-hati sekali terhadap Muslimin, dan belum
yakin. Yang menjadi perantara antara mereka dengan Rasulullah
dalam perundingan itu ialah Khalid b. Sa'id bin'l-'Ash. Mereka
tidak mau merasakan makanan yang datang dari pihak Nabi
sebelum dicoba dimakan terlebih dahulu oleh Khalid. Sebagai
perantara orang ini menyampaikan kepada Muhammad bahwa mereka
menerima Islam, dengan permintaan supaya Lat berhala mereka
itu dibiarkan selama tiga tahun jangan dihancurkan, dan mereka
supaya dibebaskan dari kewajiban sembahyang. Tetapi permintaan
mereka itu samasekali ditolak oleh Muhammad. Permintaan mereka
sekarang dikurangi lagi: supaya Lat dibiarkan selama dua tahun
lalu berubah menjadi satu tahun, selanjutnya menjadi satu
bulan saja, setelah mereka kembali kepada golongan mereka.
Akan tetapi penolakannya itu sudah tegas sekali dan tidak lagi
ragu-ragu atau dapat ditawar-tawar.
 
Bagaimana mereka mengharapkan dari Nabi, yang mengajak manusia
menyembah hanya kepada Tuhan Yang Tunggal dan menghancurkan
semua berhala tanpa ampun, akan sudi membiarkan soal berhala
mereka itu, meskipun masyarakatnya sendiri tidak kurang pula
gigihnya seperti pada pihak Thaqif di Ta'if. Buat manusia,
yang ada hanyalah: dia beriman atau tidak beriman, di luar itu
yang ada hanya syak (skeptis) dan serba sangsi. Sedang syak
dan iman tidak bisa bertemu dalam satu jantung, sama halnya
seperti iman dan kufur. Membiarkan Lat - datuknya Banu Thaqif
itu - berarti suatu perlambang bahwa mereka masih saling
berganti ibadat antara berhala dengan Tuhan, dan ini adalah
perbuatan mempersekutukan Tuhan, sedang Tuhan takkan
mengampuni dosa orang yang mempersekutukan Tuhan.

Sekarang pihak Thaqif minta dibebaskan dari kewajiban
menjalankan salat. Tetapi Muhammad menolak dengan mengatakan:
Tidak baik agama yang tidak disertai salat. Kemudian tidak
lagi pihak Thaqif mempertahankan Lat itu, mereka mau menerima
Islam dan menjalankan salat. Tetapi mereka masih meminta
berhala-berhala itu jangan dihancurkan oleh tangan mereka
sendiri. Mereka orang baru dalam mengenal iman, dan masyarakat
mereka yang masih menunggu mereka kembali itu ingin mengetahui
apa benar yang sudah mereka lakukan. Hendaknya Muhammad
membebaskan mereka untuk tidak menghancurkan sendiri apa yang
mereka sembah dan disembah nenek-moyang mereka itu. Dalam hal
ini Muhammad menganggap tidak perlu berkeras. Akan sama saja,
berhala itu dihancurkan oleh tangan orang-orang Thaqif atau
oleh tangan orang lain. Yang penting berhala itu dibinasakan,
dan pihak Thaqif hanya akan menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Kata Nabi a.s.:
 
"Kami akan membebaskan kamu menghancurkan berhala-berhalamu
itu dengan tanganmu sendiri."
 
Untuk mengurus mereka itu kekuasaan diberikan kepada 'Uthman
b. Abi'l-'Ash - orang yang paling muda usianya di antara
mereka. Dalam usia semuda itu ia diberi kekuasaan mengurus
mereka, karena dialah yang paling sungguh-sungguh dalam
memahami hukum Islam dan pendidikan Qur'an, dengan disaksikan
oleh Abu Bakr dan orang-orang yang mula-mula dalam Islam.
 
Utusan Banu Thaqif itu tinggal dengan Muhammad sampai akhir
bulan puasa. Mereka ikut berpuasa bersama-sama dan
dikirimkannya pula makanan kepada mereka untuk sahur dan
berbuka. Bilamana sudah tiba saatnya mereka akan kembali
kepada golongannya, Muhammad berpesan kepada 'Uthman b.
Abi'l-'Ash dengan mengatakan:
 
"Ringkaskanlah dalam bersembahyang dan ambil orang yang lemah
sebagai ukuran. Diantara mereka itu ada orang tua, ada yang
masih anak-anak, ada yang lemah dan yang mempunyai keperluan."

Perutusan itu kemudian kembali ke negeri mereka. Untuk
melaksanakan pembinasaan Lat itu, Nabi mengutus bersama mereka
Abu Sufyan b. Harb dan Mughira b. Syuiba. Kedua mereka ini
memang sudah mempunyai hubungan yang baik dan akrab dengan
Banu Thaqif. Bilamana Abu Syufyan dan Mughira tiba dan Mughira
menghancurkan berhala itu, wanita-wanita Thaqif karena merasa
sedih mereka menangis, tapi tiada seorang yang berani
mendekatinya, karena memang sudah ada persetujuan antara
perutusan Thaqif dengan Nabi untuk membinasakan berhala itu.
Mughira mengambil semua harta Lat termasuk perhiasannya untuk
dipergunakan membayar utang-utang 'Urwa dan Aswad - atas
perintah Rasul dan dengan persetujuan Abu Sufyan.
 
Jadi dengan runtuhnya berhala Lat dan Ta'if masuk Islam, maka
seluruh Hijaz sekarang sudah menjadi Islam. Pengaruh Muhammad
sekarang membentang dari wilayah Rumawi di utara sampai ke
daerah Yaman dan Hadzramaut di selatan. Daerah-daerah
selebihnya di bagian selatan jazirah ini semua sudah pula
bersiap-siap hendak menggabungkan diri ke dalam agama baru
ini. Dengan segala kekuatan yang ada semua ini sudah siap
membela agama dan tanah air masing-masing. Sementara itu
utusan-utusan terus berdatangan dari segenap penjuru. Mereka
semua menuju Medinah, untuk menyatakan kesetiaannya, untuk
menyatakan diri masuk Islam.
 
Sementara para utusan itu berturut-turut datang ke Medinah
dari bulan ke bulan, akhirnya bulan Haji pun sudah pula di
ambang pintu. Sampai pada waktu itu Nabi tidak menunaikan
kewajiban itu seluruhnya seperti yang dilakukan kaum Muslimin
dewasa ini. Adakah kita lihat ia pergi dalam tahun ini sebagai
tanda syukur kepada Tuhan karena pertolongan yang diberikanNya
dalam menghadapi Rumawi, memasukkan Ta'if ke dalam pangkuan
Islam serta perutusan yang datang kepadanya dari segenap
penjuru?
 
Sebenarnya di semenanjung itu masih juga ada orang-orang yang
belum beriman kepada Allah dan kepada Rasul, masih juga ada
orang-orang kafir dan masih juga ada orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Sedang orang-orang kafir masih berpegang pada adat
lembaga jahiliah. Dalam bulan-bulan suci mereka masih
berziarah ke Ka'bah, sedang orang-orang kafir kotor. Jadi
kalau begitu, biar dia akan tinggal saja di Medinah, sampai
Tuhan menyelesaikan FirmanNya, sampai Tuhan mengijinkan ia
pergi berhaji ke Baitullah. Biar Abu Bakr saja memimpin orang
naik haji.

Pada waktu itulah Abu Bakr memimpin 300 orang Muslimin menuju
Mekah. Akan tetapi mungkin dari tahun ke tahun orang musyrik
masih juga akan tetap berziarah ke Baitullah yang suci.
Bukankah secara umum antara Muhammad dengan orang-orang itu
sudah ada suatu perjanjian bahwa tidak boleh orang dirintangi
datang ke Ruimah Suci, dan orang tidak boleh merasa takut
selama dalam bulan-bulan suci? Bukankah antara dia dengan
kabilah-kabilah Arab sudah ada perjanjian-perjanjian sampai
saat-saat tertentu? Selama ada perjanjian-perjanjian demikian,
selama itu pula orang-orang yang mempersekutukan Tuhan dan
menyembah yang selain Tuhan itu akan tetap berziarah ke
Baitullah, dan Muslimin pun akan selalu menyaksikan cara
peribadatan jahiliah di bawah matanya sendiri, dilangsungkan
di sekitar Ka'bah; sedang menurut perjanjian-perjanjian khusus
dan perjanjian secara umum tak ada alasan menghalangi orang
datang berhaji dan beribadat di tempat itu.
 
Kalau berhala-berhala yang disembah orang-orang Arab itu sudah
banyak yang dihancurkan dan berhala-berhala yang dulu di dalam
Ka'bah dan di sekitarnya sudah pula dimusnahkan, maka suatu
pertemuan dalam Baitullah yang suci dengan nmempersatukan
orang-orang yang berontak pada kehidupan syirik dan paganisma,
dengan orang-orang yang tetap dalam kehidupan syirik dan
paganismanya itu, adalah suatu kontradiksi yang tak dapat
dimengerti. Kalau orang dapat memahami orang-orang Yahudi dan
Nasrani pergi berziarah ke Bait'l-Maqdis (Yerusalem) sebab itu
adalah Tanah yang dijanjikan buat orang-orang Yahudi, dan
tempat kelahiran Isa Almasih buat orang-orang Nasrani, maka
orang tidak akan dapat memahami pertemuan dua macam
peribadatan dalam sebuah tempat, di tempat itu berhala-berhala
dihancurkan dan di tempat itu pula berhala-berhala yang sudah
dihancurkan itu disembah. Oleh karena itu, sudah wajar sekali
apabila orang-orang musyrik itu tidak boleh lagi mendekati
Rumah Suci yang sudah dibersihkan dari segala kehidupan syirik
dan segala macam suasana paganisma. Dalam hal inilah ayat-ayat
dalam Surah Bara'ah (At-Taubah (9) itu turun. Tetapi musim
haji kini sudah dimulai dan orang-orang musyrik sudah pula ada
yang datang dari pelosok-pelosok hendak menjalankan
upacaranya. Baiklah pertemuan sekali ini menjadi saat
menyampaikan perintah Allah kepada mereka dalam memutuskan
segala perjanjian antara paganisma dengan iman, kecuali buat
perjanjian yang dibuat untuk waktu tertentu ia tetap berlaku
sampai pada waktu yang sudah ditentukan itu.
 
(bersambung ke bagian 2/3)
BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (2/3)
Muhammad Husain Haekal
 
Untuk maksud itu Nabi lalu mengutus Ali b. Abi Talib menyusul
Abu Bakr, dan berkhotbah menyampaikan perintah Allah dan Rasul
itu kepada orang ramai waktu musim haji di Arafat. Dalam
menunaikan tugasnya Ali dapat menyusul Abu Bakr dan kaum
Muslinmin yang berangkat bersama-sama pergi haji itu. Begitu
Abu Bakr melihatnya ia bertanya:
 
"Amir atau ma'mur?"2
 
"Ma'mur,"3 jawab Ali.
 
Kemudian diceritakannya maksud kedatangannya itu, dan bahwa
Nabi mengutus dia kepada orang banyak karena dia termasuk
keluarganya.
 
Bilamana orang sudah berkumpul di Mina melaksanakan upacara
haji, Ali berdiri di samping Abu Huraira, dan diserukannya
kepada orang banyak dengan membaca firman Allah ini:4
 
"Suatu pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
kepada orang-orang musyrik yang telah kamu ikat dengan
perjanjian (1). Oleh karena itu, bolehlah kamu berjalan di
muka bumi ini selama empat bulan dan ketahuilah, bahwa kamu
tidak akan dapat melemahkan Tuhan dan Tuhan akan mencampakkan
kehinaan kepada orang-orang kafir (2). Dan ini sebuah Maklumat
dari Allah dan Rasul kepada umat manusia pada Hari Haji Akbar5
bahwa Allah dan Rasul lepas tangan dari orang-orang musyrik.
Tetapi kalau mau bertaubat, itu lebih baik buat kamu. Tetapi
kalau kamu mengelak juga, ketahuilah, kamu takkan dapat
melemahkan Tuhan. Beritahukanlah kepada orang-orang yang kafir
itu akan adanya siksa yang pedih (3). Kecuali mereka, yang
telah kamu adakan perjanjian dengan orang-orang musyrik dan
tiada pula mereka melanggar sesuatu dalam perjanjian itu, dan
mereka tidak membantu seseorang dalam memusuhi kamu, maka
penuhilah perjanjian itu dengan mereka sampai batas waktunya.
Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam kebenaran (4).
Apabila bulan-bulan suci sudah lalu, orang-orang musyrik itu
boleh diperangi dimana saja kamu jumpai mereka, tangkap dan
kepunglah mereka dan intailah mereka pada setiap tempat
penjagaan. Tetapi apabila mereka sudah bertaubat, sudah
menjalankan salat dan mengeluarkan zakat, biarkanlah mereka
bebas berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan
Penyayang (5). Dan apabila ada seseorang dari pihak musryik
itu meminta perlindungan (suaka) kepadamu, lindungilah ia
supaya sempat ia mendengar Firman Allah, kemudian antarkanlah
ia ke tempat vang aman. Demikianlah, sebab mereka orang-orang
yang tidak mengetahui (6). Bagaimana mungkin di hadapan Allah
dan RasulNya akan ada suatu perjanjian dengan orang-orang
musyrik; kecuali yang telah kamu adakan perjanjian dengan
mereka di dekat Masjid'l-Haram. Maka selama mereka berlaku
lurus kepada kamu, hendaklah kamu berlaku lurus juga kepada
mereka; sebab Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam
kebenaran (7). Bagaimana mungkin (ada perjanjian demikian
itu), padahal bilamana mereka dapat menguasai kamu, mereka
tidak akan menghormat kamu, baik dalam tali kekeluargaan mau
pun dalam perjanjian. Mereka menyenangkan kamu dengan mulut
(manis) tapi hati mereka sebaliknya. Dan kebanyakan mereka itu
orang-orang fasik (8). Ayat-ayat Tuhan mereka jual dengan
harga murah dan mereka mau menghalangi orang dari jalan Allah.
Memang buruk sekali perbuatan mereka itu (9). Mereka tidak
lagi menghormati orang beriman, baik dalam kekeluargaan mau
pun dalam perjanjian. Mereka itulah orang-orang yang melanggar
batas (10). Akan tetapi bila mereka bertaubat, menjalankan
sembahyang dan mengeluarkan zakat, maka mereka itu
saudara-saudaramu seagama. Ayat-ayat itu Kami uraikan kepada
mereka yang mau mengerti (11). Tetapi bilamana mereka sudah
melanggar sumpah mereka sendiri sesudah perjanjian mereka itu,
dan mereka memaki agamamu, maka perangilah pemuka-pemuka orang
kafir itu - mereka orang-orang yang tak dapat menahan diri (
12). Kamu tidak mau melawan golongan yang telah melanggar
sumpahnya sendiri, padahal mereka sudah berkonmplot hendak
mengusir Rasul, dan mereka itulah yang pertama kali mulai
memerangi kamu. Takutkah kamu kepada mereka? Padahal Allah
yang harus lebih ditakuti, kalau kamu orang-orang beriman
(13). Lawanlah mereka itu! Tuhan akan menyiksa mereka melalui
tangan kamu, Allah akan menista mereka dan akan menolong kamu
melawan mereka, akan melegakan hati orang-orang beriman (14).
Tuhan akan menghapuskan kemarahan hati mereka, akan menerima
taubat siapa saja yang dikehendakiNya. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana ( 15). Adakah kamu mengira, bahwa kamu akan
dibiarkan begitu saja, padahal Allah belum membuktikan kamu
yang benar berjuang dan tiada pula mengambil sebagai teman
akrabnya, selain Allah, Rasul dan orang-orang beriman. Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (16). Bukanlah
orang-orang musyrik itu yang akan memeriahkan mesjid-mesjid
Allah, karena mereka sudah mengakui sendiri kekufuran mereka.
Perbuatan mereka itu rendah sekali, dan mereka akan kekal
dalam api neraka (17). Tetapi yang akan memeriahkan
mesjid-mesjid Allah ialah orang yang sudah beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta menjalankan sembahyang dan
mengeluarkan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain
kepada Allah. Mereka inilah yang diharapkan akan mendapat
petunjuk (18). Pemberian minuman kepada jemaah haji dan
mengurus Mesjid Suci adakah kamu samakan dengan orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjuang di jalan
Allah? Dalam pandangan Tuhan mereka tidak sama. Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang bersalah (19).
Orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan berjuang di jalan
Allah dengan harta dan jiwaraga mereka dalam pandangan Allah
lebih tinggi derajatnya; dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan (20). Tuhan memberikan berita gembira
kepada mereka dengan rahmat, keridaan dan surga daripadaNya
buat mereka. Disana tempat kesenangan abadi (21). Mereka kekal
selalu disana. Pahala yang besar ada pada Tuhan (22).
Orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan bapa-bapa dan
saudara-saudaramu itu sebagai wakil-wakil kamu kalau mereka
lebih mengutamakan kekufuran daripada iman; dan barangsiapa
mengambil mereka menjadi wakil, mereka itulah orang-orang yang
aniaya (23). Ya, katakanlah: Kalau bapa-bapa kamu, anak-anak
kamu, saudara-saudara dan isteri-isteri kamu serta keluarga
kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
kuatirkan akan menjadi rugi, tempat-tempat tinggal yang kamu
senangi, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan
RasulNya serta daripada berjuang di jalan Allah, maka
tunggulah sampai Allah memberikan keputusan. Allah tidak
memberikan bimbingan kepada orang-orang fasik (24). Allah
telah menolong kamu pada beberapa tempat dan pada Peristiwa
Hunain, tatkala kamu merasa bangga sekali karena jumlah kamu
yang besar. Tetapi ternyata jumlah yang besar itu sedikit pun
tidak menolong kamu, dan bumi yang seluas ini pun terasa amat
sempit olehmu, lalu kamu berbalik mundur (25). Sesudah itu
Tuhan menurunkan perasaan tenang kedalam hati Rasul dan
orang-orang beriman serta diturunkanNya pula balatentara yang
tidak kamu lihat, dan disiksaNya orang-orang kafir itu dan
memang itulah balasan buat orang-orang kafir (16). Sesudah itu
kemudian Allah menerima taubat barangsiapa yang
dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun dan Penyayang (27).
Orang-orang beriman! Ingatlah, orang-orang musyrik itu kotor.
Sebab itu. sesudah ini, janganlah mereka memasuki Mesjid Suci,
dan kalau kamu kuatir akan menjadi miskin, maka Tuhan dengan
karuniaNya akan memberikan kekayaan kepada kamu. Jika
dikehendaki, sesungguhnya Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana (28).
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan
oleh Allah dan RasulNya, dan tidak pula beragama menurut agama
yang benar.yaitu orang-orang yang sudah mendapat Al-Kitab,
sampai mereka membayar jizya dengan patuh dalam keadaan tunduk
(29). Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah, dan
orang-orang Nasrani berkata: 'Almasih itu putera Allah,.
Demikianlah kata-kata mereka, menurut mulut mereka. Mereka
meniru-niru perkataan orang-orang kafir masa dulu. Tuhan
mengutuk mereka. Bagaimana mereka sampai dipalingkan? (30).
Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah, dan al-Masih putera Mariam (juga
mereka pertuhan), padahal mereka diperintahkan hanya menyembah
Tuhan Yang Maha Esa. Tiada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan (31). Mereka berkehendak
memadamkan Nur ilahi dengan mulut mereka. Tetapi kehendak
Tuhan hanya akan menyelesaikan pancaran cahayaNya itu,
meskipun tidak disukai orang-orang kafir (32). Dialah Yang
telah mengutus RasulNya dengan membawa Petunjuk Qur'an dan
agama yang benar untuk dimenangkanNya atas semua agama,
meskipun tidak disukai oleh orang-orang musyrik (33).
Orang-orang beriman! Banyak sekali para pendeta dan
rahib-rahib memakan harta orang dengan jalan yang batil dan
mereka merintangi orang dari jalan Allah. Dan mereka yang
menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan
Allah, beritahukanlah kepada mereka adanya siksa yang pedih
(34). Tatkala semuanya dipanaskan dalam api jahanam, lalu
dengan itu dahi mereka, lambung mereka dan punggung mereka
dibakar. Inilah harta-bendamu yang kamu timbun untuk dirimu
sendiri. Sebab itu, rasakan sekarang akibat apa yang kamu
timbun itu (35). Sebenarnya bilangan bulan dalam pandangan
Tuhan ialah duabelas bulan. Demikian ditentukan Allah tatkala
Ia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan
suci. Itulah ketentuan agama yang lurus. Oleh karena itu
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu.
Lawanlah orang-orang musyrik itu semua, seperti mereka juga
memerangi kamu semua. Ketahuilah, Allah beserta orang-orang
yang teguh bertakwa (36).(Qur'an, 9: 1-36)
 
Ketika itu Ali berdiri di tengah-tengah orang yang sedang
menunaikan upacara haji di Mina. Dibacakannya kepada mereka
itu ayat-ayat Surah At-Taubah, yang di sini saya kutip secara
keseluruhan, dengan maksud seperti yang akan saya terangkan
kemudian. Selesai membaca ia berhenti sejenak, kemudian
serunya lagi kepada orang ramai itu:

"Saudara-saudara! Orang kafir tidak akan masuk surga. Sesudah
tahun ini orang musyrik tidak boleh lagi naik haji, tidak
boleh lagi bertawaf di Ka'bah dengan telanjang. Barangsiapa
terikat oleh suatu perjanjian dengan Rasulullah s.a.w. maka
itu tetap berlaku sampai pada waktunya."
 
Ali menyampaikan keempat perintah itu di tengah-tengah orang
ramai, kemudian sesudah itu kepada mereka diberi waktu empat
bulan supaya masing-masing golongan itu sempat pulang ke
daerah dan negeri masing-masing. Sejak itu tiada seorang
musyrik lagi mengerjakan haji, tiada lagi orang telanjang
bertawaf di Ka'bah. Juga sejak itulah dasar tempat berdirinya
suatu negara Islam diletakkan.
 
Karena dasar ini pulalah maka disini saya kutip bagian-bagian
permulaan Surah At-Taubah itu secara keseluruhan. Dengan
hasrat supaya dasar itu diketahui oleh semua orang Arab. Ali
bukan saja membacakan ayat-ayat Bara'ah (At-Taubah) itu pada
musim haji saja - menurut suatu sumber yang sudah disetujui
melainkan juga sesudah itu pun dibacakannya pula di
rumah-rumah mereka - demikian sumber-sumber lain menyebutkan.
Kalau orang membaca bagian-bagian permulaan Surat Bara'ah ini
lalu diulang membacanya dan diteliti dengan seksama, orang
akan merasakan sekali bahwa itulah dasar ideal dalam bentuk
yang paling jelas bagi setiap negara yang baru tumbuh.
Turunnya Surah Bara'ah ini secara keseluruhan ialah pada
ekspedisi terakhir yang dilakukan Nabi. Setelah penduduk Tatif
datang menyatakan diri sebagai keluarga agama baru ini,
setelah seluruh Hijaz berikut Tihama dan Najd bernaung dibawah
bendera Islam, dan setelah sebagian besar kabilah-kabilah
selatan semenanjung menyatakan diri tunduk kepada Muhammad
dan bergabung kedalam ajaran agamanya. ketika itulah tampak
hikmah sejarah turunnya ayat-ayat yang mengatur dasar negara
ideal sampai pada waktu itu. Supaya negara menjadi kuat, maka
ia harus mempunyai suatu ideologi ideal yang umum sifatnya
dapat dijadikan keyakinan masyarakat dan semua bersedia pula
membelanya dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada.
Dalam hal ini mana pula ada suatu ideologi yang lebih besar
daripada keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan tidak
bersekutu. Dan ideologi yang mana pula yang lebih besar
pengaruhnya dalam jiwa manusia daripada suatu kesadaran bahwa
ia merasa dirinya berhubungan dengan Alam dengan segala
manifestasinya yang paling tinggi. Tak ada yang dapat
menguasai dirinya selain Allah dan hanya Allah pula dapat
mengawasi hati nuraninya. Apabila ada orang yang menentang
ideologi umum yang harus menjadi dasar negara ini, maka mereka
itu ialah orang-orang fasik, orang-orang yang mau menyebarkan
benih-benih pergolakan perang saudara dan fitnah yang merusak.
Oleh karena itu, terhadap orang-orang semacam itu tidak boleh
ada suatu perjanjian. Negara harus memerangi mereka. Kalau
pembangkangan mereka terhadap ideologi umum itu bersifat liar
dan tak terkemudikan, mereka harus diperangi sampai mereka
tunduk. Kalau pembangkangannya terhadap ideologi bersifat
tidak liar dan dapat dikendalikan - seperti halnya dengan Ahli
Kitab - maka mereka wajib membayar jizyah dengan taat dan
patuh pada peraturan yang berlaku.

Dari tinjauan kita mengenai arti ayat-ayat Surah At-Taubah
yang sudah kita baca itu, dari segi sejarah dan sosiologi,
tentu akan mengantarkan kita pada penilaian itu juga. Dan
setiap orang yang jujur dan beritikad baik, akan kesana pula
penilaiannya. Akan tetapi, mereka yang telah memberikan
tanggapan kepada Rasul dengan cara yang sudah melampaui batas
itu, akan meninggalkan tinjauan demikian ini. Mereka akan
menafsirkan ayat dalam Surah At-Taubah yang sudah begitu jelas
dan kuat itu dengan mengatakan, bahwa hal itu akan mendorong
orang jadi fanatik, yang sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa
toleransi peradaban dewasa ini; akan mendorong orang supaya
mengejar dan membunuh orang-orang musyrik dimana saja ada
orang-orang yang beriman - tanpa mengenal ampun dan kasihan
lagi, juga mendorong orang membuat undang-undang atas dasar
tirani.
 
Demikian inilah kata-kata yang sering kita baca dalam
buku-buku kaum Orientalis. Kata-kata ini sangat menarik
pikiran orang yang memang belum matang dalam masalah-masalah
kritik sosial dan sejarah, dalam kalangan Muslimin sendiri
sekali pun. Kata-kata demikian itu sebenarnya sama sekali
tidak sesuai dengan kenyataan sejarah, juga tidak sesuai
dengan kenyataan sosial. Hal inilah - yang dalam penafsiran
mereka mengenai Surah At-Taubah seperti yang kita sebutkan,
dan yang serupa itu pula yang banyak terdapat dalam
surah-surah lain dalam Qur'an yang menyebabkan orang membuat
suatu penafsiran yang sama sekali tak dapat diterima oleh
logika dan kenyataan dalam sejarah Rasul, juga bertentangan
dengan rangkaian sejarah hidup Nabi Besar itu sejak ia diutus
Allah membawa agama ini sampai ia berpulang kembali ke
rahmatullah.

Untuk menjelaskan hal ini, baik juga kalau kita bertanya
mengenai dasar ideal peradaban yang berlaku sekarang, lalu
kita bandingkan dengan dasar ideal seperti yang dibawa oleh
Muhammad itu. Dasar ideal peradaban yang berlaku dewasa ini
ialah kebebasan berpikir yang tidak terbatas, dan hanya cara
menyatakannya dibatasi dengan undang-undang. Dan kebebasan
berpikir inilah yang lalu dijadikan suatu ideologi, yang
dibela orang dan bersedia ia berkorban untuk itu. Ia berjuang
dan berperang mati-matian hendak mewujudkan hal itu, dan
menganggap semua itu sebagai kejayaan yang patut dibanggakan
oleh setiap generasi, dan dibanggakan juga terhadap masa
lampau Karena itu pulalah Orientalis-orientalis seperti yang
kita sebutkan itu berkata:
 
"Ajaran Islam yang hendak memerangi orang yang tidak mau
beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian, ialah ajaran yang
menyuruh orang jadi fanatik. Sebenarnya ini bertentangan
dengan kebebasan berpikir."
 
Ini suatu pemalsuan yang memalukan, apabila kita sudah
mengetahui bahwa nilai pikiran itu terletak pada ajaran dan
perbuatannya. Islam tidak menyuruh menentang orang-orang
musyrik penduduk semenanjung itu, kalau saja mereka patuh dan
tidak mengajak orang melakukan syirik dan menyuruh pula
melaksanakan upacaranya. Peradaban yang sedang berkuasa (the
ruling culture) sekarang, dalam memerangi pikiran-pikiran yang
berlawanan dengan situasi ideologi itu sudah melebihi
perlawanan kaum Muslimin terhadap orang-orang musyrik. Juga
peradaban yang berkuasa sekarang ini seribu kali lebih jahat
dibandingkan dengan jizya yang berlaku terhadap orang yang
dianggap Ahli Kitab itu.

Sengaja disini kita tidak akan mengambil contoh kejadian dulu
ketika terjadi gerakan pemberantasan perdagangan budak-belian,
sekali pun mereka yang bekerja dalam perdagangan ini yakin
sekali bahwa hal itu tidak dilarang. Kita tidak mengambil ini
sebagai contoh, supaya jangan ada yang berkata, bahwa kita
bukan tidak menyetujui adanya perdagangan semacam itu meskipun
Islam tidak menyuruh lebih daripada memberantas apa yang tidak
disetujuinya itu. Sebaliknya Eropa sekarang, Eropa yang punya
peradaban yang sedang berkuasa itu, dengan dibantu oleh
Amerika, oleh kekuatan-kekuatan bersenjata di Asia bagian
selatan dan Timur Jauh, telah pula memerangi gerakan
bolsyevisma (komunisma), dan bersedia berperang terus
mati-matian. Kami di Mesir ini pun bersedia pula bersama-sama
dengan peradaban yang sedang berkuasa ini memerangi dan
memberantas bolsyevisma, meskipun dalam hal ini bolsyevisma
tidak lebih dari suatu gagasan ekonomi yang mau melawan
gagasan lain yang dianut oleh peradaban yang sedang berkuasa
sekarang itu. Adakah seruan Islam yang hendak memberantas
orang-orang syirik yang telah melanggar perjanjian Tuhan
setelah disahkan itu sebagai suatu seruan biadab yang
menganjurkan fanatisma dan antikebebasan? Sebaliknya seruan
yang hendak memberantas bolsyevisma yang merusak susunan
masyarakat itu, dalam peradaban yang sedang berkuasa ini
dipandang sebagai seruan yang menganjurkan kebebasan berpikir
dan berideologi dan patut dihormati?
 
(bersambung ke bagian 3/3)

BAGIAN KEDUAPULUH DELAPAN: TAHUN PERUTUSAN               (3/3)
Muhammad Husain Haekal
 
Kemudian ada segolongan orang pada beberapa negara di Eropa
yang memandang bahwa pendidikan rohani harus disertai pula
dengan pendidikan jasmani, dan bahwa kebiasaan orang menutup
seluruh badan atau sebagian anggota badannya sebenarnya lebih
membangkitkan napsu kelamin (sex) dalam jiwa orang lain, dan
tentunya lebih-lebih lagi akan merusak moral, daripada kalau
orang itu semua telanjang bulat. Maka orang-orang yang punya
gagasan ini mulailah melaksanakan gagasannya, mulai mengadakan
tempat-tempat nudis dalam beberapa kota.6 Mereka mendirikan
tempat-tempat yang dapat dikunjungi oleh siapa saja yang mau
membiasakan diri dengan pendidikan jasmani demikian itu.
Tetapi begitu gagasan ini tersebar orang-orang yang
bertanggungjawab dalam beberapa negara memandang tersebamya
gejala-gejala semacam ini akan sangat merusak pendidikan
akhlak dan membahayakan masyarakat. "Perkumpulan-perkumpulan
nudis" ini dilarang, mereka yang bertanggungjawab atas gagasan
itu dikejar-kejar dan mengadakan tempat-tempat pendidikan
jasmani semacam itu dilarang dengan undang-undang. Kita tidak
akan sangsi, bahwa bilamana gagasan ini sampai tersebar luas
pada suatu bangsa secara keseluruhan, pasti ia akan
menyebabkan timbulnya pengumuman perang dari bangsa-bangsa
lain atas bangsa itu dengan alasan bahwa hal ini akan merusak
nilai-nilai kehidupan rohani umat manusia, seperti yang pernah
terjadi dengan timbulnya peperangan-peperangan karena
budak-belian, timbulnya peperangan atau yang semacam itu
karena memperdagangkan budak kulit putih atau perdagangan
candu.

Kenapa terjadi semua itu? Sebabnya ialah, karena kebebasan
berpikir secara mutlak itu memang dapat diterima selama ia
tetap tersimpan dalam batas-batas ucapan yang tidak sampai
menyentuh tubuh masyarakat secara membahayakan. Akan tetapi
bilamana pikiran itu akan sampai menyebabkan timbulnya
kerusakan pada masyarakat manusia maka penyebabnya itu harus
diberantas; juga manifestasi gagasan itu semua harus
diberantas, bahkan gagasannya sendiri harus diberantas,
meskipun manifestasi perang ini berbeda-beda, sesuai dengan
tingkat kerusakan dalam masyarakat sebagai akibat dari
manifestasi itu, yang dengan bertahannya itu dikuatirkan
membawa akibat dalam perkembangan etik, sosial dan ekonomi.
 
Inilah kenyataan sosial yang sudah diakui dan disahkan oleh
peradaban yang sedang berkuasa sekarang. Kalau kita masih mau
menjelajahi terus manifestasi itu serta pengaruh-pengaruhnya
dalam pelbagai bangsa, tentu akan terlalu panjang kita bicara,
dan bukan pula tempatnya disini. Hanya saja orang akan dapat
berkata, bahwa setiap undang-undang yang tujuannya hendak
membungkam setiap gerakan sosial, ekonomi atau politik, maka
ini berarti perang melawan pikiran yang melahirkan gerakan
itu, dan perang ini dapat dibenarkan sesuai dengan bahaya yang
menimpa masyarakat manusia, apabila pikiran-pikiran yang
menjadi sasaran perang tersebut dilaksanakan.

Kalau kita mau menilai seruan Islam dalam memberantas
kehidupan syirik dan penganut-penganutnya serta dalam
memerangi mereka sampai mereka itu patuh, dapat dibenarkankah
perang demikian ini atau tidak dapat dibenarkan? Kita perlu
sekali melihat peranan yang dimainkan oleh pikiran syirik ini
serta tujuannya. Apabila sudah ada kata sepakat mengenai
betapa besar bahayanya terhadap masyarakat manusia dalam
berbagai zaman, maka pengumumam perang yang dicetuskan oleh
Islam kepada mereka itu dapat sekali dibenarkan, bahkan suatu
kewajiban adanya.
 
Kehidupan syirik yang ada pada waktu Muhammad a.s. membawa
dakwah agama yang benar itu, bukan hanya menggambarkan
penyembahan berhala saja - dan kalau pun demikian adanya harus
juga diberantas, sebab adalah suatu ironi terhadap akal
pikiran dan kehormatan martabat manusia, bahwa manusia akan
menyembah batu - tetapi kehidupan syirik ini juga
menggambarkan sekelompok tradisi, adat-istiadat dan kebiasaan,
bahkan menggambarkan suatu sistem masyarakat yang lebih
berbahaya dari perbudakan, lebih berbahaya dari bolsyevisma
dan lebih berbahaya dari segala yang dapat digambarkan oleh
otak manusia menjelang akhir abad keduapuluh ini. Mereka
menggambarkan cara hidup yang menguburkan bayi perempuan
hidup-hidup, polygami yang tiada terbatas, laki-laki boleh
mengawini perempuan sampai tigapuluh, empatpuluh, seratus,
tigaratus atau lebih dari itu. Mereka menggambarkan suatu
perbuatan riba dalam bentuknya yang paling kotor yang dapat
digambarkan manusia, juga mereka menggambarkan kehidupan
anarkhisma moral dalam bentuknya yang paling rendah.
Masyarakat Arab pagan itu sebenarnya adalah masyarakat yang
paling jahat yang pernah dilahirkan ke tengah-tengah umat
manusia ini.
 
Dari setiap orang yang jujur sangat saya harapkan kiranya akan
dapat menjawab pertanyaan ini: Sekiranya sekarang ada suatu
masyarakat manusia membuat suatu sistem untuk mereka sendiri
dengan segala tradisi, adat-istiadat dan kebiasaan meliputi
segala perbuatan menguburkan anak perempuan hidup-hidup,
polygami tak terbatas, membolehkan perbudakan dengan suatu
sebab atau tanpa sebab, eksploitasi harta-benda dengan cara
yang kejam, kemudian karena itu semua lalu timbul
pemberontakan hendak menghancurkan dan mengikisnya habis-habis
- dapatkah pemberontakan demikian itu kita tuduh dengan
fanatisma, dengan tindakan anti kebebasan berpikir? Kalau kita
umpamakan, ada suatu bangsa yang sudah puas dengan sistem
sosial yang rendah ini dan sudah hampir pula menular sampai ke
negara-negara lain, lalu negara-negara ini mengumumkan perang,
dapat juga dibenarkan? Bukankah ini lebih-lebih dapat
dibenarkan daripada Perang Dunia yang baru lalu yang telah
menelan jutaan penduduk dunia ini tanpa suatu sebab selain
karena sifat keserakahan dari pihak negara-negara imperialis?

Dan kalau memang sudah begitu adanya, dimana pula nilai kritik
para Orientalis itu terhadap ayat-ayat yang sudah pembaca
ikuti dari Surah Bara'ah dan terhadap seruan Islam dalam
memberantas syirik dan penganut-penganutnya yang berusaha
hendak menegakkan suatu sistem dengan segala akibatnya yang
berbahaya seperti yang kita sebutkan tadi?
 
Kalau ini sudah merupakan suatu kenyataan sejarah sehubungan
dengan sistem yang berlaku di tanah Arab di bawah naungan
panji syirik dan paganisma, maka juga di sana ada suatu
kenyataan lain dalam sejarah yang bersumber dari kehidupan
Rasul. Sejak ia diutus Tuhan mengemban Risalah selama
tigabelas tahun, dengan segala susah-payah ia mengorbankan
segalanya, mengajak orang ke dalam agama Allah dengan
memberikan bukti dan mengajak mereka berdiskusi dengan cara
yang baik. Semua peperangan dan ekspedisi yang dilakukannya,
sekali-kali tidak bersifat agresi, melainkan selalu
mempertahankan sifatnya, mempertahankan kaum Muslimin,
mempertahankan kebebasan mereka melakukan dakwah agama, agama
yang sudah mereka imani, mereka mengorbankan hidup mereka
untuk agama itu.
 
Seruan yang tegas dan sudah cukup jelas, bahwa orang-orang
musyrik itu patut dilawan - karena mereka kotor, mereka tidak
dapat memegang janji dan piagam perianjian, mereka tidak lagi
dapat memegang sesuatu amanat dan pertalian keluarga dengan
orang-orang beriman - ayat-ayatnya turun pada akhir ekspedisi
Nabi ke Tabuk. Apabila Islam turun disuatu daerah dengan
kehidupan paganisima yang sedang luas menjalar, dan berusaha
hendak menanamkan suatu sistem sosial dan ekonomi yang begitu
merusak yang sudah ada di semenanjung itu tatkala Nabi diutus,
lalu datang kaum Muslimin mengajak mereka supaya meninggalkan
cara semacam itu dan mari mengambil apa yang dibenarkan Tuhan
dan meninggalkan apa yang dilarangNya - tidak juga mereka mau
patuh - maka buat orang yang jujur tidak bisa lain ia mesti
berontak terhadap mereka, memberantas mereka sampai ajaran
Tuhan ini selesai, dan yang tersebar luas hanya keadilan dan
keimanan kepada Allah.
 
Ayat-ayat Bara'ah (At-Taubah) yang dibacakan oleh Ali itu,
demikian juga seruannya kepada orang banyak, bahwa orang kafir
tidak akan masuk surga, bahwa sesudah tahun ini tidak
dibenarkan lagi orang musyrik melakukan ibadah haji dan
melakukan tawaf di Ka'bah dengan telanjang - telah membawa
hasil yang baik sekali. Sikap ragu yang tadinya tertanam dalam
hati kabilah-kabilah, yang selama itu masih lambat-lambat akan
menerima ajakan Islam - telah hilang samasekali.

Dengan demikian negeri-negeri seperti Yaman, Mahra, Bahrain
dan Yamama masuk Islam. Sudah tak ada lagi pihak yang akan
mengadakan perlawanan kepada Muhammad kecuali sejumlah kecil,
yang karena kecongkakannya malah berbuat dosa dan tertipu oleh
golongannya sendiri, diantaranya 'Amir bin't-Tufail, yang
pergi bersama-sama dengan perutusan Banu 'Amir yang hendak
berlindung dibawah bendera Islam. Tetapi setelah berhadapan
dengan Nabi, 'Amir menolak dan tidak mau menenma Islam. Ia
ingin supaya ia dijadikan sekutu Nabi. Nabi masih berusaha
meyakinkan supaya dia menerima Islam. Tetapi ia tetap menolak.
Kemudian sambil keluar ia berkata:
 
"Kota ini akan saya hujani dengan pasukan berkuda dan tentara
untuk melawan kamu."
 
Lalu kata Muhammad:
 
"Allahumma ya Allah! Lindungi aku dari perbuatan 'Amir
bin't-Tufail!"
 
'Amir pun lalu pergi hendak menuju kabilahhya. Tetapi di
tengah perjalanan itu tiba-tiba ia terserang penyakit sampar
di leher sampai ia menemui ajalnya ketika ia sedang berada di
rumah seorang wanita dari Banu Salul. Ketika akan menemui
ajalnya berulang-ulang ia berkata: "Oh Banu 'Amir! Ini
penyakit kelenjar seperti penyakit serdi pada unta dan mati
pula di rumah wanita Banu Salul!"
 
Juga Arbad b. Qais, ia tidak mau menerima Islam, ia kembali ke
Banu 'Amir. Tetapi belum lama tinggal di tempat itu ia mati
terbakar disambar petir, tatkala ia pergi naik unta yang akan
dijualnya. Sungguh pun begitu, penolakan 'Amir dan Arbad ini
tidak mengalangi golongannya untuk masuk Islam. Yang lebih
jahat lagi dari mereka itu semua ialah Musailima ibn Habib. la
datang bersama-sama dengan perutusan Banu Hanifa dari Yamama.
Oleh rombongan itu ia ditinggalkan di belakang dengan
barang-barang, dan mereka pergi menemui Rasulullah. Ketika
itulah mereka semua masuk Islam, dan oleh Nabi mereka diberi
hadiah. Juga mereka menyebut-nyebut tentang Musailima, yang
oleh Nabi kemudian juga diberi hadiah seperti mereka, dengan
katanya: "Dia tidak lebih buruk kedudukannya di kalangan
kamu," yakni karena dia menjagakan barang-barang
teman-temannya. Tetapi mendengar kata-kata itu dari mereka
Musailima lalu mendakwakan dirinya nabi, dan menduga bahwa
Tuhan mempersekutukannya dengan Muhammad dalam kenabian itu.
Kepada masyarakat golongannya ia bersajak7 dan menggunakan
kata-kata dengan mencoba-coba hendak meniru-niru Qur'an:
"Tuhan memberikan kenikmatan kepada yang bunting. Yang
mengeluarkan nyawa bergerak. Dari antara kulit bawah dengan
isi lambung"8
 
Musailima menghalalkan minuman keras dan perzinaan dan
membebaskan golongannya dari sembahyang. Ia aktif sekali
mengajak orang supaya mempercayainya. Selain mereka ini,
orang-orang Arab dari segenap pelosok jazirah datang
berduyun-duyun menyambut agama Allah, dipimpin oleh
orang-orang terpandang dan terhormat semacam Adi b. Hatim dan
'Amir b. Maidi Karib. Raja-raja Himyar juga telah mengutus
orang membawa surat kepada Nabi menyatakan diri mereka masuk
Islam. Nabi pun menetapkan dan berkirim pula surat kepada
mereka mengenai hak dan kewajiban mereka menurut syariat
Allah.

Sesudah lslam tersebar di bagian selatan semenanjung, Muhammad
mengutus orang-orang yang mula-mula dalam Islam supaya dapat
mengajarkan hukum dan memperdalam dan menguatkan agama mereka.
 
Kita tidak akan lama-lama berhenti pada masalah perutusan
orang-orang Arab kepada Nabi itu seperti yang biasa dilakukan
oleh penulis-penulis dahulu, sebab masalahnya hampir sama,
mereka semua bernaung di bawah bendera Islam. Ibn Sa'd dalam
At-Tabaqat 'l-Kubra telah mengkhususkan 50 halaman besar
mengenai perutusan-perutusan Arab ini saja kepada Rasul.
Kiranya cukup disini kita menyebutkan nama-nama kabilah dan
anak-kabilah yang punya perutusan. Utusan-utusan itu datang
dari: Muzaina, Asad, Tamim, 'Abs, Fazara, Murra, Tha'laba,
Muharib, Sa'd b. Bakr, Kilab, Ru'as b. Kilab, 'Uqail b. Ka'b,
Ja'da, Qusyair b. Ka'b, Banu'l-Bakka', Kinana, Asyja', Bahila,
Sulaim, Hilal b. 'Amir, 'Amir b. Sha' sha'a dan Thaqif.
Utusan-utusan Rabi'a datang dari 'Abd'l-Qais, Bakr b. Wa'il,
Taghlib, Hanifa dan Syaiban. Dari Yaman datang utusan-utusan:
Tayy Tujib, Khaulan, Ju'fi, Shuda', Murad, Zubaid, Kinda,
Shadif, Khusyain, Sa'd Hudhail, Bali, Bahra', Udhra, Salaman,
Juhaina, Kalb, Jarm, Azd, Ghassan Harith b. Ka'b, Hamdan,
Sa'd'l-Asyira, 'Ans, Dar, Raha, [dari daerahMadhhij], Ghamid,
Nakha', Bajila, Khath'am, Asy'ari, Hadzramaut, Azd 'Uman,
Ghafiq, Bariq, Daus, Thumala, Hudan, Aslam, Judham, Muhra,
Himyar, Najran dan Jaisyah. Demikian seterusnya, tiada sebuah
kabilah atau anak-kabilah di Semenanjung itu yang tidak masuk
Islam, kecuali yang sudah kita sebutkan di atas. Demikian juga
orang-orang musyrik penduduk jazirah itu, mereka
berlumba-lumba masuk Islam, dan dengan sendirinya meninggalkan
penyembahan berhala. Sekarang seluruh tanah Arab sudah bersih
dari berhala-berhala dengan segala penyembahannya. Sesudah
perjalanan ke Tabuk, selesailah semua itu secara sukarela dan
atas kemauan sendiri, tanpa bersusah payah atau pertumpahan
darah.
 
Sekarang apa yang dilakukan pihak Yahudi dan pihak Nasrani
terhadap Muhammad, dan apa pula yang dilakukan Muhammad
terhadap mereka?
 
Catatan kaki:
 
1 Qubba, ialah 'semacam kemah dalam bentuk rumah kecil
bulat' (LA) yang tidak sama dengan kemah biasa (A).

2 Harfiah, 'yang memerintah atau yang diperintah' yakni
'adakah ia ditugaskan oleh Nabi memimpin jamaah haji atau
Lkut dalam rombongan?' (A).

3 Yakni yang ikut dalam rombongan haji di bawah pimpinan
Abu Bakr (A).

4 Oleh karena ayat-ayat yang dikutip ini cukup panjang,
maka setiap ayat diberi bernomor (A)

5 Harfiah berarti hari haji yang lebih besar,
(al-hajj'l-akbar); menurut beberapa kitab tafsir berarti
yang meliputi hari Arafat atau hari Nahr atau secara
keseluruhan sebaliknya dari 'haji yang lebih kecil'
(al-hajj'l-ashghar) (A).

6 Nudism, ialah suatu gerakan yang mau melaksanakan cara
hidup telanjang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
dimulai pada awal abad ke-20 di Jerman. dikenal dengan
nama kelompok-kelompok Nackhtkultur ("kebudayaan
telanjang"). Mereka terdiri umumnya dari orang-orang
kelas menengah. Sebelum pecah Perang Dunia II, gerakan
ini mulai meluas pada segenap lapisan, dari yang paling
konservatif sampai kepada yang paling radikal. Dengan
mengambil pola seperti di Jerman, perkumpulan-perkumpulan
nudis ini kemudian berdiri pula di Perancis, Inggris,
Skandinavia dan beberapa negara Eropa lainnya. Di Amerika
Serikat dan di Kanada didirikan dalam tahun tigapuluhan.
Gerakan ini terhenti karena pecah Perang Dunia II (A).

7 Dari kata bahasa Arab saja'a, saj'an 'bicara dengan
kata-kata dengan persamaan bunyi akhir kata seperti pada
syair tanpa matera' (LA), dan 'saj', juga berarti manzera
dukun' (LA). Sebaliknya susunan kata-kata dalam Qur'an
tidak termasuk saja' karena tidak terikat pada asonansi,
juga bukan prosa. Dalam pengertian bahasa Indonesia yang
umum, kata 'sajak' sering berarti 'puisi' atau 'syair' (A).

8 Dalam bahasa aslinya tersusun dalam bentuk sajak akhir (A)
.
 
---------------------------------------------


Lading_Emas
~*~ Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... ~*~