QURAN dan TerJemahan ~ PerHatikan Pesanan Allah dlm KiTabNya ini

AL QURAN

Listen to Quran
~*~*~*Al-Quran OnLine

07 January, 2010

Sirah Rasulullah SAW_27 ~ TABUK DAN KEMATIAN IBRAHIM

BAGIAN KEDUAPULUH TUJUH: TABUK DAN KEMATIAN IBRAHIM    (3/3)
 
 
Hanya  saja  sesudah Tabuk, Abdullah b. Ubayy ini tidak lama
lagi hidupnya. Setelah dua bulan menderita sakit ia mati.
Meskipun rasa dengki terhadap Muslimin sudah menggerogoti
hatinya sejak Nabi tinggal di Medinah, namun Muhammad lebih
suka kaum Muslimin jangan menggangu Ibn Ubayy. Ketika orang
ini meninggal dan Nabi diminta menyembahyangkannya, dengan
segera pula Nabi pun menyembahyangkan dan mendoakan ketika
dikuburkan sampai upacara itu selesai. Dengan matinya Ibn
Ubayy sendi kaum Munafik itu juga runtuh. Mereka yang masih
ada, sekarang dengan sungguh-sungguh mereka bertaubat kepada
Tuhan.
 
Dengan ekspedisi Tabuk ini maka selesailah amanat Tuhan
diajarkan ke seluruh jazirah Arab, dan Muhammad sudah merasa
aman dari setiap permusuhan yang akan ditujukan kepada
agama. Utusan-utusan dari pelbagai daerah sekarang datang
menghadap kepadanya dengan menyatakan sekali kesetiaannya
serta mengumumkan pula keislamannya. Ekspedisi sekali ini
buat Nabi a.s. merupakan ekspedisi terakhir. Sesudah itu
Muhammad menetap di Medinah, menikmati karunia pemberian
Tuhan kepadanya. Ibrahim anaknya merupakan jantung hati
cindur mata selama enambelas atau delapanbelas bulan.
Apabila ia selesai menerima para utusan, mengurus
masalah-masalah kaum Muslimin, menunaikan kewajiban kepada
Tuhan serta hak kewajiban seluruh keluarga, hatinya merasa
sejuk dengan melihat bayi yang selalu berkembang dan baik
sekali pertumbuhannya itu. Makin lama makin jelas
kesamaannya, yang membuat sang ayah makin cinta dan kasih
kepadanya. Sepanjang bulan itu yang menjadi inang
pengasuhnya ialah Umm Saif, yang menyusui dan memberikan
susu kambing pengasih Nabi dulu itu.
 
Cinta-kasih Muhammad kepada Ibrahim sebenarnya bukan karena
suatu maksud pribadi yang ada hubungannya dengan Risalah
yang dibawanya, atau dengan yang akan menjadi penggantinya.
Muhammad a.s. dengan imannya kepada Tuhan dan kepada Risalah
Tuhan tidak akan memikirkan anak atau siapa yang akan
mewarisinya. Bahkan dikatakannya:
 
"Kami para Nabi, tidak dapat diwarisi. Apa yang kami
tinggalkan untuk sedekah."
 
Akan tetapi, rasa kasih insani dalam artinya yang luhur,
rasa kasih insani yang begitu dalam tertanam dalam hati
Muhammad - yang kiranya tidak akan dicapai oleh siapa pun,
rasa insani yang akan membuat manusia Arab memandang anak
laki-laki yang akan mewarisinya sebagai sebuah lukisan abadi
- rasa kasih inilah yang telah membuat Muhammad mencurahkan
semua cintanya kepada Ibrahim, kasih-sayang yang tiada
taranya. Dan rasa kasih ini lebih parah merasuk ke dalam
hati, karena sebelum itu ia telah kehilangan kedua puteranya
- Qasim dan Tahir, - dan keduanya masih bayi dalam pangkuan
Khadijah ibunya. Setelah Khadijah wafat ia kehilangan
puteri-puterinya pula, satu demi satu, setelah mereka
bersuami dan menjadi ibu. Sekarang tak ada lagi yang masih
hidup, selain Fatimah. Putera-putera dan puteri-puteri itu,
yang satu demi satu berguguran di tangannya dan dengan
tangannya sendiri pula ia menguburkan mereka ke dalam
pusara, yang telah meninggalkan luka yang begitu pedih dalam
hatinya, kini terasa terobat juga dengan lahirnya Ibrahim,
tempat buah hati meletakkan segala harapan. Dan sudah
sepantasnya pula bila dengan harapan itu ia merasa gembira,
merasa bahagia.
 
Tetapi harapan ini tidak berlangsung lama; hanya selama
beberapa bulan saja seperti yang sudah kita sebutkan.
Sesudah itu Ibrahim jatuh sakit, sakit yang sangat
menguatirkan. Ia dipindahkan ke sebuah tempat dengan kebun
kurma di samping Masyraba Umm Ibrahim. Maria dan Sirin
adiknya selalu menjaga dan merawatnya. Bayi ini tidak lama
sakitnya Tatkala ajal sudah dekat dan Nabi diberi tahu,
karena rasa sedih yang sangat mendalam, ia berjalan dengan
memegang tangan Abdur-Rahman b. 'Auf sambil bertumpu
kepadanya. Bila ia sudah sampai ke tempat itu di samping
'Alia - tempat Masyraba yang sekarang - dijumpainya Ibrahim
dalam pangkuan ibunya, sedang menarik napas terakhir.
Diambilnya anak itu, lalu diletakkannya di pangkuannya
dengan hati yang remuk-redam rasanya. Tangannya menggigil.
Kalbu yang duka dan pilu rasa mencekam seluruh sanubari.
Lukisan hati yang sedih mulai membayang dalam raut wajahnya.
Sambil meletakkan anak itu di pangkuan ia berkata:
 
"Ibrahim, kami tak dapat menolongmu dari kehendak Tuhan."
 
Dalam keadaan hening yang menekan itu kemudian airmatanya
berderai bercucuran, sementara anak itu sedang menarik napas
terakhir. Sang ibu dan Sirin menangis menjerit-jerit; oleh
Rasulullah dibiarkan mereka begitu.
 
Setelah tubuh Ibrahim tiada bergerak lagi, sudah tiada
bernyawa, dan dengan kematiannya itu padam pula semua
harapan yang selama ini membuka hati Nabi, makin deras pula
airmata Muhammad mengucur, sambil ia berkata:
 
"Oh Ibrahim, kalau bukan karena soal kenyataan, dan janji
yang tak dapat dibantah lagi, dan bahwa kami yang kemudian
akan menyusul orang yang sudah lebih dahulu daripada kami,
tentu akan lebih lagi kesedihan kami dari ini." Dan setelah
diam sejenak, katanya lagi: "Mata boleh bercucuran, hati
dapat merasa duka, tapi kami hanya berkata apa yang menjadi
perkenan Tuhan, dan bahwa kami, O Ibrahim, sungguh sedih
terhadapmu."
 
Muslimin yang melihat Muhammad begitu duka, beberapa orang
terkemuka hendak mengurangi hal itu dengan mengingatkannya
akan larangannya berbuat demikian. Tapi ia menjawab: "Aku
tidak melarang orang berduka cita, tapi yang kularang
menangis dengan suara keras. Apa yang kamu lihat dalam
diriku sekarang, ialah pengaruh cinta dan kasih didalam
hati. Orang yang tiada menunjukkan kasih sayangnya, orang
lain pun tiada akan menunjukkan kasih sayang kepadanya."
Atau seperti dikatakan juga: Kemudian ia berusaha menahan
duka hatinya. Ia memandang Maria dan Sirin dengan pandangan
penuh kasih. Kepada mereka dimintanya supaya lebih tenang
sambil katanya: "Ia akan mendapat inang pengasuh di surga."
 
Kemudian setelah ia dimandikan oleh Umm Burda, - sumber lain
menyebutkan oleh Fadzl bin'l-'Abbas - dibawa dari rumah itu
di atas sebuah ranjang kecil. Nabi dan Abbas pamannya,
begitu juga sejumlah kaum Muslimin ikut mengantarkan sampai
ke Baqi'. Di tempat itu ia dimakamkan setelah
disembahyangkan oleh Nabi. Selesai pemakaman Muhammad minta
supaya makam itu ditutup kemudian diratakannya dengan
tangannya sendiri. Ia memercikkan air dan memberi tanda di
atas kubur itu. Lalu katanya:
 
"Sebenarnya ini tidak membawa kerugian, juga tidak
mendatangkan keuntungan. Tetapi hanya akan menyenangkan hati
orang yang masih hidup. Apabila orang mengerjakan sesuatu,
Tuhan lebih suka bila dikerjakan secara sempurna."
 
Bersamaan dengan kematian Ibrahim itu kebetulan terjadi pula
matahari gerhana. Kaum Muslimin menganggap peristiwa itu
suatu mujizat. Kata mereka matahari gerhana karena Ibrahim
meninggal. Hal ini terdengar oleh Nabi.
 
Karena cintanya yang begitu besar kepada Ibrahim, dan rasa
duka yang begitu dalam karena kematiannya, adakah ia lalu
merasa terhibur mendengar kata-kata itu, atau
setidak-tidaknya akan didiamkan saja, menutup mata melihat
orang sudah begitu terpesona karena telah menganggap itu
suatu mujizat? Tidak. Dalam keadaan serupa itu, kalau pun
ini layak dilakukan oleh mereka yang suka mengambil
kesempatan karena kebodohan orang, atau layak dilakukan oleh
mereka yang sudah tak sadar karena terlampau sedih, buat
orang yang berpikir sehat tentu hal ini tidak layak, apalagi
buat Nabi Besar! Muhammad melihat mereka yang mengatakan
bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim,
dalam khotbahnya kepada mereka ia berkata:
 
"Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak
akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang.
Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam zikir kepada
Tuhan dengan berdoa."
 
Sungguh suatu kebesaran yang tiada taranya. Rasul tidak
melupakan risalahnya itu dalam suatu situasi yang begitu
gawat, situasi jiwa yang sedang dalam keharuan dan kesedihan
yang amat dalam! Kalangan Orientalis dalam menanggapi
peristiwa yang terjadi terhadap diri Muhammad ini, tidak
bisa lain mereka bersikap hormat dan kagum sekali! Mereka
tidak dapat menyembunyikan rasa kekaguman dan rasa hormatnya
itu kepadanya. Mereka menyatakan pengakuan mereka tentang
kejujuran orang itu, yang dalam situasi yang sangat gawat ia
tetap mempertahankan hak dan kejujurannya yang
sungguh-sungguh !
 
Gerangan bagaimana pula perasaan isteri-isteri Nabi melihat
kesedihan dan dukacita yang menimpanya begitu mendalam
karena kematian Ibrahim itu? Dia sendiri sudah merasa
terhibur dengan karunia Tuhan itu dan dapat pula meneruskan
tugas menunaikan risalah serta dengan bertambahnya Islam
tersebar pada perutusan yang terus-menerus datang kepadanya
dari segenap penjuru, sehingga tahun kesepuluh Hijrah ini
diberi nama 'Am'lWufud - Tahun Perutusan.' Pada tahun itulah
Abu Bakr memimpin orang menunaikan ibadat haji.
 
Catatan kaki:
 
1 Zakat 'usyr ialah zakat hasil bumi yang dikenakan 1/10
dari produksi hasil pertanian bila diolah dengan bantuan air
hujan atau mata air alam dan 1/20 bila diairi dengan
menggunakan tenaga. Ada yang berpendapat, bahwa secara
teknis ini bukan zakat, karena yang dikenakan hanya hasilnya
(A).
2 Pajak kepala sebagai kompensasi atas setiap non-Muslim di
bawah pemerintahan Islam dengan mendapat jarninan keamanan
dan dibebaskannya ia dari wajib militer (A)
3 Aila ialah Elath atau 'Aqaba sekarang, di dekat Teluk
Aqaba (A).
4 Jarba' sebuah desa di dekat Amman di bilangan Balqa,
wilayah Syam.
5 'Adhruh, nama tempat di ujung Syam antara Balqa, dengan
Amman, berdekatan dengan Hijaz dan tidak jauh dari Jarba'.
6 Duma, ialah yang dikenal dengan nama Dumat'l-Jandal,
terletak sekitar 220 km dari Damsyik ke jurusan Medinah.
7 Mesjid ini dikenal dengan nama 'Masjid Dziral' atau
'Masjid Bencana,' dzirar harfiah berarti 'kerusuhan,'
'kerugian,', 'bahaya' (A).







Lading_Emas

No comments:

~*~ Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... ~*~